"Kalimat tauhid yang sudah dipunyai dan disimpan dalam hati tentunya bisa jadi tidak dapat digunakan untuk membuka pintu-pintu surga. Hal ini dikarenakan pintu surga terkunci dari dalam sehingga kita perlu mengetuk pintu-pintu tersebut," ajak Khatib Irwan pada Shalat Idul Fitri 1443 H di lapangan Tikala Manado, Senin.
Menurut dia, ada empat amalan yang dapat membantu mengetuk dan membuka pintu surga.
Pertama, kata dia, adalah menebarkan salam yang dipahami sebagai ucapan yaitu Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, ucapan salam ini harus dijadikan sebagai tradisi baik.
Baca juga: Gubernur Kalteng Shalat Id bersama warga di halaman rumah jabatan
Baca juga: Gubernur Kalteng ingatkan warga patuhi prokes saat Lebaran
Salam, kata dia, dimaknai sebagai keselamatan dan perdamaian, dan setiap Muslim dituntut menyebarkan keselamatan dan perdamaian, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan sebagai wujud keimanan kepada Allah.
"Tidak patut seorang Muslim menimbulkan keresahan, kerusakan dan kehancuran tatanan kehidupan karena itu menjadi penghalang baginya untuk masuk surga Allah," ujarnya.
Amalan kedua adalah memberi makan yang, menurut dia, di antara hikmah diwajibkan puasa Ramadhan adalah agar dapat merasakan lapar dan dahaga, sementara banyak orang yang lapar bukan karena puasa tetapi kelaparan karena ketiadaan.
"Lapar di sini tidak terbatas dengan kosongnya perut dari makanan dan minuman, akan tetapi kosongnya akal dan ilmu pengetahuan," sebutnya.
Dalam konteks, kata dia, dituntut tidak hanya berbagi makanan sebagai nutrisi badan, tetapi juga berbagi donasi pendidikan sebagai nutrisi jiwa bagi yang membutuhkannya.
Ketiga, kata dia, adalah menjalin silaturahim atau kasih sayang.
"Agama kita sangat menganjurkan untuk menjalin tali silaturahim karena sangat mendatangkan manfaat yang teramat luar biasa," ujar Kepala Kantor Kemenag tersebut.
Manfaatnya, kata dia, di antaranya dapat memperpanjang umur dan melapangkan rezeki, akan dijauhkan dari api neraka selanjutnya menjadi salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah dan dapat menjaga keterjalinan kerukunan dan keharmonisan dengan sesama.
"Berikut dapat menjadikan kita sebagai makhluk hamba yang mulia tentunya," katanya menambahkan.
Karena itu, lanjut dia, momentum Idul Fitri ini sangat tepat dimanfaatkan untuk bersilaturahim dengan orang tua, keluarga, sanak saudara, tetangga, mitra kerja dan kepada semuanya dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
Amalan keempat adalah shalat malam, shalat sunah yang paling besar pahalanya atau 'Qiyamul Lail'.
"Semoga ritual Shalat Tarawih, Shalat Witir dan bangun malam untuk sahur yang sudah dilakukan sebulan di bulan puasa kemarin mampu dipertahankan selama 11 bulan ke depan," ajaknya.
Sehingga tujuan diwajibkannya puasa dapat terwujud yaitu terwujudnya jiwa yang bertaqwa, dan hadirnya jiwa-jiwa saleh yang suka menebarkan kebajikan, keselamatan dan perdamaian serta jiwa yang peduli terhadap kemiskinan dan ramah terhadap lingkungannya, katanya lagi.*
Baca juga: Gubernur dan Wagub Shalat Idul Fitri di dua tempat berbeda
Baca juga: Khatib: Jalani hidup penuh dengan optimisme
Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022