Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli melambung 5,17 dolar AS atau 4,9 persen, menjadi menetap di 110,14 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juni bertambah 5,4 dolar AS atau 5,3 persen, menjadi ditutup di 107,81 dolar AS per barel.
Kontrak acuan minyak mentah terus meningkat selama dua bulan terakhir setelah invasi Moskow ke Ukraina. Sampai saat ini, Uni Eropa enggan untuk sepenuhnya memotong impor minyak dan gas Rusia, dan rencananya masih tidak menyarankan larangan penuh untuk semua anggota Uni Eropa.
Eropa mengimpor sekitar 3,5 juta barel minyak dan produk minyak Rusia setiap hari, dan juga bergantung pada pasokan gas Moskow.
"Persediaan sangat ketat, jadi dengan latar belakang ini, ketika Anda berbicara tentang larangan ini, ada banyak pertanyaan tentang bagaimana (Eropa) akan megatasi," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Rabu (4/5/2022) mengusulkan embargo minyak bertahap terhadap Rusia, serta sanksi atas bank top Rusia.
Langkah-langkah Komisi termasuk menghentikan pasokan minyak mentah Rusia secara bertahap dalam waktu enam bulan dan produk olahan pada akhir 2022, kata von der Leyen. Dia juga berjanji untuk meminimalkan dampak dari langkah tersebut pada ekonomi Eropa.
Namun demikian, Hungaria dan Slovakia akan dapat terus membeli minyak mentah Rusia hingga akhir 2023 berdasarkan kontrak yang ada, kata sumber Uni Eropa kepada Reuters.
Rusia dapat mengimbangi hilangnya salah satu pelanggan utamanya dengan menjual minyak ke importir lain termasuk India dan China. Tidak ada negara yang berhenti membeli dari Moskow.
Kebutuhan akan pasokan yang jauh lebih besar kemungkinan tidak akan terpenuhi pada pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu pada Kamis. OPEC+ diperkirakan akan tetap pada rencananya untuk meningkatkan produksi bulanan secara bertahap.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah naik moderat minggu lalu, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA). Stok naik 1,2 juta barel karena Amerika Serikat merilis lebih banyak barel dari cadangan strategisnya.
Persediaan bahan bakar turun, sebagian karena ekspor produk yang lebih kuat sejak invasi Rusia karena pembeli mencari sumber lain.
Pasar sebagian besar mengabaikan pengumuman Federal Reserve bahwa mereka akan menaikkan suku bunga setengah poin persentase untuk mencoba menurunkan kenaikan inflasi.
"Pasar naik begitu kuat sebelum pengumuman, saya pikir (The Fed) adalah kesimpulan yang sudah pasti," kata Gary Cunningham, direktur riset pasar di Tradition Energy.
Baca juga: Emas melemah 1,8 dolar di tengah kenaikan suku bunga Federal Reserve
Baca juga: Saham Inggris hentikan reli 5 hari, indeks FTSE 100 jatuh 0,90 persen
Baca juga: Saham Jerman ditutup lebih rendah, indeks DAX 40 merosot 0,49 persen
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022