• Beranda
  • Berita
  • BPS ingatkan revisi proyeksi ekonomi-inflasi global perlu diantisipasi

BPS ingatkan revisi proyeksi ekonomi-inflasi global perlu diantisipasi

9 Mei 2022 12:29 WIB
BPS ingatkan revisi proyeksi ekonomi-inflasi global perlu diantisipasi
Ilustrasi - Pekerja memeriksa biji nikel di smelter feronikel milik PT Aneka Tambang (ANTAM) di Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. ANTARA/REUTERS/Yusuf Ahmad/aa.

Konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga komoditas pangan dan energi meningkat, mengakibatkan IMF memproyeksikan ke bawah pertumbuhan ekonomi global

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menilai revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi global oleh Dana Moneter Internasional (IMF) perlu diantisipasi pemerintah untuk mengelola ekonomi di triwulan II, khususnya keseluruhan tahun 2022.

Adapun IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, dengan inflasi yang diperkirakan meningkat dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen.

"Konflik Rusia dan Ukraina yang menyebabkan harga komoditas pangan dan energi meningkat, mengakibatkan IMF memproyeksikan ke bawah pertumbuhan ekonomi global," ujar Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Ia membeberkan konflik Rusia dan Ukraina mendorong harga komoditas di pasar global melonjak, seperti minyak sawit (CPO) hingga nikel pada triwulan I 2022.

Baca juga: IMF peringatkan risiko stagflasi di Asia, pangkas prospek pertumbuhan
Baca juga: IMF: Inflasi negara berkembang bisa mencapai 8,7 persen pada tahun ini


Harga CPO tercatat melonjak 18,44 persen jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq) dan 52,74 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

Kemudian batu bara meningkat 40,24 persen (qtq) dan 153,32 persen (yoy), minyak mentah 23,43 persen (qtq) dan 62,94 persen (yoy), timah 11,54 persen (qtq) dan 72,28 persen (yoy), serta tembaga 2,91 persen (qtq) dan 17,79 persen (yoy).

Dengan demikian Margo Yuwono mengatakan terlihat perkembangan harga komoditas yang sangat cepat di tingkat global saat ini.

"Peningkatan harga pun memberikan windfall bagi ekspor Indonesia," tuturnya.

Selama triwulan I 2022, lanjut dia, ekspor tumbuh agresif menjadi 66,14 miliar dolar AS. Demikian pula dengan impor yang mencapai 56,82 miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan tercatat surplus 9,33 miliar dolar AS.

Baca juga: BPS: Ekonomi RI tumbuh 5,01 persen pada triwulan I 2022
Baca juga: Stafsus Presiden: Strategi pemerintah berkontribusi jaga pertumbuhan

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022