"Kami sudah diskusi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (World Organization for Animal Health/OIE) bahwa penyakit mulut dan kuku dominan di hewan, hampir tidak ada yang loncat ke manusia," kata Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers secara virtual yang diikuti dari YouTube Sekretariat Presiden di Jakarta, Senin sore.
Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku yang dilaporkan menyerang sedikitnya 1.247 ekor ternak sapi Jawa Timur berbeda dengan SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang ditularkan hewan kalelawar ke manusia. Pun dengan flu babi dan flu burung.
Baca juga: Ada wabah PMK, empat pasar hewan kabupaten di Jatim ditutup sementara
"Kalau penyakit mulut dan kuku memang adanya hanya di hewan yang berkuku dua. Sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusianya," katanya.
Budi mengatakan penyakit mulut dan kuku memang sangat menular di hewan. "Tapi sekali lagi, di manusia masih sangat jarang," katanya.
Penyakit yang yang hampir mirip terjadi pada manusia adalah kaki, mulut dan tangan. "Ini berbeda dengan mulut dan kuku pada anak," katanya.
Dikonfirmasi secara terpisah, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan penyakit mulut dan kuku atau Foot and Mouth Disease (FMD) bukan masalah kesehatan masyarakat, dan sepenuhnya masalah kesehatan hewan.
"Memang pernah ada laporan penularan pada manusia, seperti misalnya disampaikan European CDC pada 2012 yang berjudul 'Transmission of Foot and Mouth disease to humans visiting affected areas', tetapi itu adalah sangat jarang dan hanya terjadi pada mereka yang betul-betul kontak langsung," katanya.
Menurut Tjandra penyakit mulut dan kuku pada hewan yang dihubungkan dengan penyakit tangan kaki dan mulut (PTKM) (Hand Foot Mouth Disease/HFMD) pada anak dan bayi adalah pernyataan keliru.
"Ke duanya tidak berhubungan sama sekali, dua penyakit berbeda, penyebabnya juga virus yang berbeda," katanya.
Penyakit tangan, kaki dan mulut pada anak dan bayi, kata Tjandra, disebabkan oleh enterovirus 71, sementara penyakit mulut dan kuku pada hewan disebabkan Aphthovirus, yang merupakan bagian dari Picornaviridae, dan ada tujuh strain yakni A, O, C, SAT1, SAT2, SAT3, dan Asia1.
Baca juga: Kalsel waspada ancaman penyakit mulut dan kuku hewan ternak dari Jatim
Baca juga: ID FOOD antisipasi penyakit mulut dan kuku hewan ternak
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022