• Beranda
  • Berita
  • Program COREMAP CTI diharap jadi model pengelolaan ekosistem pesisir

Program COREMAP CTI diharap jadi model pengelolaan ekosistem pesisir

11 Mei 2022 12:58 WIB
Program COREMAP CTI diharap jadi model pengelolaan ekosistem pesisir
Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian PPN/Bappenas, Sri Yanti dalam kegiatan program Coral Reef Rehabilitation Management Program - Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) atau program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang di kawasan wisata Gili Matra dan Gili Balu, Nusa Tenggara Barat (NTB). ANTARA/Diskominfotik NTB.

Kami ingin contoh-contoh baik pengelolaan ekosistem pesisir prioritas yang telah dicapai dalam COREMAP-CTI terus berlanjut meski programnya telah berakhir. Hal ini hanya bisa terjadi jika ada kesungguhan komitmen dari stakeholders setempat.

Program COREMAP-CTI WB (Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative World Bank) diharapkan menjadi model bagi pengelolaan ekosistem pesisir prioritas di Indonesia.

Melalui Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dan mitranya, program tersebut telah diterapkan dari 2019 hingga Mei 2022 di dua provinsi terpilih yang masuk dalam bagian penting Segitiga Terumbu Karang Dunia, yakni Raja Ampat di Papua Barat dan Laut Sawu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami ingin contoh-contoh baik pengelolaan ekosistem pesisir prioritas yang telah dicapai dalam COREMAP-CTI terus berlanjut meski programnya telah berakhir. Hal ini hanya bisa terjadi jika ada kesungguhan komitmen dari stakeholders setempat,” kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Arifin Rudyanto dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Konferensi Laut Dunia hasilkan 350 komitmen tentang pelestarian laut

Menurut dia, program ini bisa berlanjut jika diperkuat komitmen serta dukungan kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, pihak swasta, organisasi masyarakat sipil, akademisi, maupun masyarakat setempat.

Dengan hibah dari Bank Dunia melalui Global Environment Facility (GEF) sebesar 6,2 juta dolar AS, program tersebut dinyatakan telah memberikan dampak bagi rehabilitasi lingkungan setempat dan memperkuat pemberdayaan masyarakat dari segi ekonomi serta kesadaran atas arti penting wilayah tempat mereka tinggal.

“Jangan sampai masyarakat dibiarkan berjuang sendirian. Jika perlu program ini direplikasi, diperkuat dalam aturan dan anggaran, bahkan masyarakat juga terus di dukung upaya dan semangatnya dalam melestarikan dan menjaga keutuhan alam di wilayahnya,” ungkap dia.

Executive Direktur ICCTF Tonny Wagey memberikan apresiasi terhadap para mitra yang menjadi pelaksana program COREMAP-CTI.

Mulai dari Perkumpulan Pemberdaya Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam (Yapeka), Yayasan Reef Check Indonesia, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia (PILI), Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan-Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB), dan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi).

“Di Yensawai, Raja Ampat, Papua Barat, dan juga di Sumba Timur, NTT, misalnya, kami melihat rehabilitasi kawasan bisa dilakukan oleh masyarakat setempat. Bahkan laki-laki, perempuan, dewasa, remaja dan kaum muda bergerak bersama untuk keselamatan dan kelestarian pulau mereka,” ucap Tonny.

Baca juga: Bappenas: Pengembangan wilayah 2023 dorong kesempatan kerja

Selain itu, ia mengaku telah melihat perubahan perilaku masyarakat yang semula pengebom laut, kini menjadi pembela keselamatan laut seperti yang ditunjukkan warga Mutus, Raja Ampat, Papua Barat

Di Nusa Manuk, NTT, pihaknya menyediakan pula listrik tenaga surya yang membuat masyarakat setempat bisa menikmati listrik setelah lebih dari 20 tahun hidup tanpa listrik. Dampak lainnya dari adanya listrik ialah memberikan nilai tambah untuk hasil sumber daya perikanan yang dihasilkan masyarakat sekitar.

“Mustahil berbicara kelestarian ekosistem pesisir dan laut kita jika masyarakat setempat tidak sejahtera,” ujarnya.

Bappenas merupakan pelaksana kegiatan COREMAP-CTI yang dilaksanakan melalui satuan kerja ICCTF selaku satu-satunya lembaga nasional dana perwalian untuk perubahan iklim di Indonesia.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022