Toyota mengatakan pihaknya memperkirakan biaya material menjadi lebih dari dua kali lipat menjadi 1,45 triliun yen (11,1 miliar dolar AS) pada tahun fiskal yang dimulai pada April.
Produsen mobil terbesar di dunia berdasarkan penjualan, yang bernasib baik selama bulan-bulan awal kekurangan chip global, kini telah bergabung dengan rekan-rekan internasional dalam memangkas produksi akibat krisis yang berkepanjangan serta pembatasan baru COVID-19 di China.
Untuk tahun fiskal saat ini, Toyota memperkirakan laba operasional akan turun menjadi 2,4 triliun yen dari hampir 3 triliun yen pada tahun sebelumnya, jauh di bawah perkiraan 3,36 triliun yen dalam jajak pendapat 25 analis oleh Refinitiv.
Baca juga: Toyota proyeksikan laba tinggi, ditopang permintaan kuat dan yen lemah
Pada kuartal Januari-Maret, labanya merosot sepertiga menjadi 463,8 miliar yen, juga jauh di bawah perkiraan rata-rata 521,1 miliar yen.
Pada pukul 05.03 GMT, saham Toyota turun 4,9 persen, sedangkan indeks acuan Tokyo yang lebih luas naik 0,1 persen.
Depresiasi tajam yen ke posisi terendah dua dekade telah mendukung industri otomotif yang mendorong ekspor Jepang. Tetapi biaya bahan baku yang melonjak dan gangguan rantai pasokan global yang diperburuk oleh tindakan keras China terhadap COVID memberi tekanan pada profitabilitas.
Saingan domestik Toyota, Nissan Motor Co dan Honda Motor Co melaporkan laba mereka masing-masing pada Kamis (12/5/2022) dan Jumat (12/5/2022).
Pada Selasa (10/5/2022), Toyota memangkas target produksi globalnya untuk Mei sekitar 50.000 kendaraan menjadi sekitar 700.000 karena berencana untuk menangguhkan operasi pada 14 lini di delapan pabrik domestik hingga enam hari bulan ini karena penguncian COVID di China.
Rencana tersebut menyusul beberapa pemotongan dalam rencana produksinya antara April dan Juni, yang membuat para pemasoknya frustrasi.
(1 dolar AS = 130,3400 yen)
Baca juga: Harga minyak naik, Toyota proyeksikan ekspor mobil melonjak
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022