Dalam penelitian, kombinasi tiragolumab dan Tecentriq buatannya tidak mengurangi tingkat pertumbuhan penyakit dalam kasus kanker paru non-small-cell stadium lanjut jika dibandingkan dengan kelompok pasien pembanding yang hanya menerima Tecentriq.
Hasil penelitian itu dipublikasikan setelah perusahaan farmasi Swiss itu mengatakan pada Maret bahwa tiragolumab gagal memperlambat kanker paru yang jenisnya berbeda dan lebih agresif.
Kemunduran itu kemungkinan akan memberi jeda bagi para pesaing Roche yang mengembangkan senyawa serupa dalam kelompok obat yang dikenal sebagai anti-TIGIT.
Baca juga: Pentingnya deteksi dini kanker paru
Merck & Co dianggap sebagai pesaing terdekat Roche dalam perlombaan itu.
Gilead Sciences pada November lalu berkolaborasi dengan Arcus Biosciences dalam pengembangan obat anti-TIGIT domvanalimab.
GlaxoSmithKline pada Juni 2021 mencapai kesepakatan lisensi bernilai 2 miliar dolar (Rp29,09 triliun) dengan iTeos Therapeutics Inc untuk pengembangan kandidat obat anti-TIGIT.
Bristol-Myers Squibb dan Agenus Inc menjalin kerja sama pada Mei 2021 untuk membuat obat serupa.
Coherus BioSciences pada Januari menyepakati opsi untuk melisensi kandidat obat dari Shanghai Junshi Biosciences untuk pasar AS dan Kanada.
Sumber: Reuters
Baca juga: BRIN dan Universitas Padjajaran teliti terapi fotodinamik kanker paru
Baca juga: POI: 13,7 persen pasien kanker paru-paru bertahan hidup lima tahun
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022