• Beranda
  • Berita
  • Epidemiolog: Jangan terlena dan tetap lakukan prokes usai lebaran

Epidemiolog: Jangan terlena dan tetap lakukan prokes usai lebaran

11 Mei 2022 16:31 WIB
Epidemiolog: Jangan terlena dan tetap lakukan prokes usai lebaran
Tangkapan layar Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman saat tampil secara virtual dalam Dialog Forum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diikuti dari YouTube IDI di Jakarta, Senin (21/2/2022). (ANTARA/Andi Firdaus)

kalau kita tidak konsisten, kita akan mengalami apa yang sekarang dialami di Afrika Selatan maupun di Amerika

Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan ketiadaan lonjakan kasus COVID-19 setelah Lebaran 2022 dan tidak adanya varian atau sub-varian baru di Indonesia, tidak boleh membuat masyarakat terlena tapi tetap harus melakukan langkah-langkah mencegah penularan.

"Ketika saya memprediksi bahwa pascamudik balik Lebaran ini kita tidak terlalu melihat potensi lonjakan dengan asumsi tidak ada varian baru atau sub-varian Omicron yang masuk khususnya BA.4 dan BA.5 dan sekarang BA 12.1 ini yang harus diwaspadai," ujar Dicky dihubungi dalam aplikasi pesan dari Jakarta, Rabu.

Menurutnya, jika varian atau subvarian itu masuk ke Tanah Air maka dapat terjadi perubahan situasi dari kasus yang mulai melandai saat ini dan terdapat potensi kembali terjadi lonjakan peningkatan pasien COVID-19.

Baca juga: Epidemiolog Unsoed: Kasus hepatitis akut harus jadi perhatian semua

Hal itu berpotensi juga terjadi di wilayah yang sudah memiliki cakupan vaksinasi COVID-19 yang telah memadai.

Untuk itu dia mendorong semua pihak tidak terlena dengan situasi pandemi saat ini tapi sebaiknya tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat sebagai bentuk pencegahan penularan COVID-19 dan akselerasi vaksinasi COVID-19.

"Jangan sampai euforia, jangan sampai mengendurkan yang namanya masker, pembatasan-pembatasan dan terutama akselerasi dari vaksinasi. Ini yang sulit kalau kita tidak konsisten, kita akan mengalami apa yang sekarang dialami di Afrika Selatan maupun di Amerika, lonjakan kasus," katanya.

Baca juga: Epidemiolog: Kasus COVID-19 usai lebaran baru terlihat satu bulan

Terkait transisi ke status endemi, dia mengatakan secara ideal status kasus sudah melandai, tidak mesti nol kasus COVID-19, serta angka reproduksi paling tinggi 1 atau kurang dalam waktu minimal lebih dari dua pekan.

Jika itu terus terjaga dalam waktu tiga bulan maka sudah mengarah bukan hanya endemi tapi juga terkendali, jika tidak dilaporkan kasus atau hanya terjadi di beberapa daerah.

Baca juga: Epidemiolog: Tetap disiplin prokes dalam perjalanan mudik

Baca juga: Epidemiolog: PeduliLindungi harus teliti sinkronkan data vaksinasi

 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022