"Banyak penelitian ilmiah maupun kejadian langsung yang menunjukkan bahwa mangrove bisa meredam bencana. Sederhananya, banyak yang masih ingat pada tsunami Desember 2004, di tempat tertentu yang mangrove atau hutan pantainya relatif tebal, memang terjadi kerusakan di pemukiman, tapi tidak separah di tempat yang kosong, tidak ada mangrove," kata Ilman menjawab pertanyaan ANTARA dari Jakarta, Kamis.
Baca juga: YKAN: Masyarakat mitra utama dalam upaya restorasi mangrove
Dia juga menyebut bahwa mangrove di pesisir dapat menjadi penahan gelombang dan menahan erosi di kawasan pesisir.
Untuk itu, kata Ilman, perlunya urgensi restorasi mangrove secepatnya untuk memastikan terdapat perlindungan di kawasan pesisir guna menghadapi potensi bencana.
Terkait usaha restorasi mangrove, dia menyebut tambak tradisional masih menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan vegetasi itu. Untuk mengatasi isu tersebut, perlu dipergunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan, untuk memastikan keberhasilan restorasi mangrove sambil tetap meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
"Terutama dengan mengecilkan tambak-tambak yang terlalu luas, yang merusak mangrove. Setelah tambaknya kecil, sisanya sebagian besar dikembalikan ke mangrove," kata Ilman.
Baca juga: BRGM soroti peran rehabilitasi mangrove dalam upaya mitigasi bencana
Baca juga: Peran multi-pihak dibutuhkan untuk capai target rehabilitasi mangrove
Penggunaan teknologi tersebut diharapkan dapat memastikan bahwa wilayah tambak yang telah diperkecil tetap dapat menghasilkan produksi yang sama dengan tambak yang luas.
Menurutnya, hal itu diperlukan untuk memastikan kolaborasi dengan masyarakat yang merupakan mitra penting dalam usaha restorasi mangrove di Tanah Air.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022