Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa hipertensi atau tekanan darah tinggi menduduki lima besar faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di dunia.
"Ini menjadi tantangan buat kita semua dalam penanggulangan hipertensi dengan komplikasinya," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Elvieda Sariwati dalam acara "Peringatan Hari Hipertensi Dunia" yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, persentase penyakit tidak menular penyebab kematian terbanyak di Indonesia yakni stroke 19,4 persen, kardiovaskular 14,4 persen (salah satunya hipertensi), kanker 13,5 persen, dan diabetes mellitus (DM) dan komplikasinya 6,2 persen.
Baca juga: Kemenkes sebut penderita hipertensi terus meningkat di Indonesia
Baca juga: Kemenkes sebut penderita hipertensi terus meningkat di Indonesia
Sementara dari sisi pembiayaan, lanjut dia, kardiovaskular menjadi penyakit tidak menular yang memiliki pembiayaan kesehatan terbesar, yakni sebesar Rp8,2 triliun. Diikuti kanker Rp3,1 triliun, stroke Rp2,1 triliun, dan gagal ginjal Rp1,9 triliun.
"Kardiovaskular ternyata penyakit yang memakan pembiayaan yang besar," ucapnya.
Elvieda menyampaikan bahwa terdapat empat pilar strategi dalam penanganan penyakit tidak menular, yaitu promosi kesehatan, deteksi dini, perlindungan khusus, dan penanggulangan kasus.
Baca juga: Pahami risiko hipertensi, cegah dan kurangi risikonya
Baca juga: Pahami risiko hipertensi, cegah dan kurangi risikonya
Ia mengemukakan, untuk strategi promosi kesehatan tujuannya adalah perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat agar masyarakat peduli serta berpartisipasi, kemudian mau melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Untuk strategi deteksi dini dan lainnya adalah untuk identifikasi dan intervensi sejak dini faktor risiko penyakit tidak menular, serta penanganan kasus sesuai dengan standar.
Baca juga: Menko PMK ajak masyarakat cegah hipertensi dengan Germas
Baca juga: Menko PMK ajak masyarakat cegah hipertensi dengan Germas
"Tentunya strategi itu tidak hanya bisa dilakukan Kemenkes sendiri, butuh lintas sektor," tuturnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022