"Untuk kantin tetap kami belum mengizinkan dibuka," kata Wakil Kepala Disdikpora DIY Suhirman di Yogyakarta, Jumat.
Ia mengimbau seluruh sekolah di DIY dapat mengingatkan orang tua siswa untuk membawakan bekal makanan dan minuman dari rumah kepada anak saat pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah.
"Pakai bekal dulu dan dalam menikmati bekal tidak usah berkerumun," ujar dia.
Menurut Suhirman, meski seluruh sekolah di DIY telah nenerapkan PTM secara penuh atau 100 persen, hingga saat ini tidak ada laporan munculnya penularan COVID-19 maupun hepatitis akut misterius di sekolah.
Pembelajaran tatap muka 100 persen, kata dia, telah dimulai di DIY sejak libur Lebaran 2022 usai, seiring melandainya kasus harian COVID-19 serta kesiapan seluruh sekolah.
Namun demikian, mengingat masih dalam masa pandemi, Suhirman memastikan durasi pembelajaran luring tetap dibatasi.
Seluruh lembaga pendidikan juga tetap diminta menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, khususnya terkait pemakaian masker, menyediakan alat pengukur suhu tubuh, serta mengaktifkan aplikasi PeduliLindungi.
"Tugas-tugas sekolah masih ada yang melalui daring karena kan belum sehari penuh. Kalau normalnya sampai setengah dua siang, sekarang masuk masih sampai 11.30 atau jam 12.00 WIB," kata dia.
Untuk menangkal potensi penularan hepatitis akut maupun COVID-19, menurut dia, vaksinasi penguat atau dosis ketiga bagi siswa maupun guru bakal kembali digencarkan.
Hingga kini, ia memperkirakan cakupan vaksinasi penguat bagi siswa, khususnya SMA/SMK di DIY masih 10 persen, sedangkan vaksinasi dosis kedua telah mencapai sekitar 97 persen.
"Vaksinasi 'booster' supaya terus berlanjut supaya nanti ketahanan tubuh masing-masing pelaku pendidikan, baik guru, siswa, kemudian TU tetap tahan terhadap hepatitis ini," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie menyebutkan hingga 9 Mei 2022 belum menerima laporan adanya kasus hepatitis akut misterius di wilayah DIY.
Meskipun belum ada laporan, Dinkes DIY beserta instansi terkait tetap mengupayakan deteksi dini untuk menemukan gejala hepatitis misterius pada anak dengan menggencarkan komunikasi dengan orang tua, khususnya para ibu.
Menurut Pembajun, penyakit hepatitis yang melanda sejumlah negara itu dapat dicegah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Baca juga: Hetifah minta Kemendikbud keluarkan edaran cegah hepatitis di sekolah
Baca juga: Kebijakan buka kantin saat PTM perlu dievaluasi akibat hepatitis akut
Baca juga: Akademisi sebut prokes dan kebersihan mampu cegah hepatitis misterius
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022