Lumajang (ANTARA News) - Pengamat Gunung Semeru, Lisyanto, dari lokasi pengamatan di Gunung Sawur, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, meminta masyarakat di sekitar Semeru mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir lahar dingin akibat tingginya curah hujan belakangan ini.
"Ancaman banjir lahar dingin di sepanjang sungai aliran dari Gunung Semeru ini patut diwaspadai, karena lahar dingin setiap saat bisa mengalir, apalagi curah hujan masih tinggi dalam sepekan ini," kata Lisyanto yang dihubungi ANTARA dari Jember, Minggu.
Berdasar catatan seismograf, gunung setinggi 3.676 di atas permukaan laut itu, pekan lalu tercatat mengeluarkan letusan antara 80-100 kali per hari dan mencapai ketinggian sekitar 500 meter.
Gempa tremor amplitudo maksimum mencapai tiga hingga 19 mili meter, serta lama getaran bervariasi antara 33 hingga 98 detik.
Hampir dua bulan terakhir ini, jelas dia, mendung dan awan tebal menutupi langit di atas Gunung Semeru, sehingga secara visual sulit diamati akan terjadi hujan atau tidak.
Meski demikian, katanya, masyarakat harus tetap mewaspadai kemungkinan timbulnya banjir lahar dingin dari Semeru.
Lahar dingin bisa terjadi setiap saat di sepanjang sungai yang mengalir dari gunung tertinggi di pulau Jawa tersebut. Untuk itu, warga yang tinggal di sekitar aliran sungai Kali Besuk, Kali Glidik, Besuk Surat, Besuk Kembar, Besuk Sut dan sungai Kobokan, harus lebih hati-hati, imbaunya.
Aliran sungai terdekat dari Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, yakni Kecamatan Pronojiwo, Candipuro dan Kecamatan Pasrajambe.
"Status Gunung Semeru tetap `waspada` dan belum dicabut sejak dinyatakan terakhir kali tahun 2000 lalu," katanya.
Selain lahar dingin, gunung yang membelah tiga Kabupaten di Jawa Timur, yakni Lumajang, Malang, Probolinggo ini, juga rawan awan panas.
Informasi yang dihimpun ANTARA, tiga kejadian awan panas terjadi pada 1984, 1994 dan terakhir tahun 2002.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006