Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Siti Ruhaini Dzuhayatin dalam siaran pers di Jakarta, Minggu, menyampaikan KTT secara umum dapat dikatakan sukses baik proses maupun hasil yang dicapai.
Hal itu tercermin dengan dikeluarkannya Pernyataan Visi Bersama (Joint Vision Statements) yang konstruktif dan berbasis kemitraan (partnership). Menurutnya, capaian ini memberi umpan balik positif bagi ASEAN dan Indonesia.
Ruhaini menilai, pernyataan bersama tersebut lebih mengedepankan isu kemanusian ketimbang politik, dengan menempatkan penanggulangan pandemi dan pemulihan bersama pada poin pertama, yang kemudian dilanjutkan dengan penguatan dan konektifitas ekonomi.
"Terutama pada literasi digital, kerangka kerja yang inklusif serta mendorong inovasi dan efisiensi," kata Ruhaini.
Ruhaini memandang, isu kemanusiaan lain yang diusung dalam pernyataan bersama, yakni soal dukungan koneksitas antarwarga dengan fokus pada aksesibilitas bagi pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, dan penyandang disabilitas.
Baca juga: KSP: Sambutan hangat Biden ke Jokowi bukti kepercayaan AS ke RI
Baca juga: ASEAN-AS tingkatkan kerja sama pemulihan pandemi, perubahan iklim
Baca juga: Jokowi harap partisipasi AS di Indo-Pacific Forum 2023
Demikian pula dengan perubahan iklim dan jaminan stabilitas keamanan. Ruhaini menilai, KTT ASEAN-AS juga membangun kepercayaan bersama untuk memastikan ASEAN sebagai kawasan zona bebas nuklir, biologi, dan senjata pemusnah massal.
"Poin-poin pernyataan bersama ini sudah jelas menunjukkan bahwa isu kemanusiaan menjadi prioritas dalam KTT ASEAN-AS kali ini," tegasnya.
Sementara dalam kaitan dengan pertanyaan publik, apakah isu Myanmar dan Ukraina juga dibahas dalam KTT, Ruhaini secara tegas menyatakan, bahwa kedua isu tersebut dibahas pada poin akhir dalam pernyataan bersama.
"Disebutkan bahwa kedua belah pihak mendorong dipatuhinya piagam PBB, penghentian kekerasan, dan mendorong solusi damai serta mengutamakan kepentingan warga dan akses bantuan kemanusiaan," sambungnya.
Ruhaini juga mengatakan, secara bilateral KTT khusus ASEAN-AS menjadi ekspose bagi media dan masyarakat Amerika terhadap Indonesia sebagai koordinator kemitraan ASEAN.
Sehingga, lanjut dia, KTT dapat memberikan observasi dan input yang seimbang dan konstruktif terhadap prinsip politik luar negeri Indonesia, yakni bebas aktif, yang secara konsisten dilaksanakan dalam konteks regional dan internasional, termasuk terkait isu Myanmar dan Ukraina.
"Ini menjadi feedback (umpan balik) yang substantif bagi Indonesia untuk mempertahankan prinsip tersebut," ungkapnya.
Selain proses politik, menurut Ruhaini, pertemuan KTT khusus ASEAN-AS juga memberikan umpan balik positif bagi ekonomi Indonesia.
Ia menyebut, Amerika telah membuka "ruang dan peluang" kepada Indonesia sebagai the new emerging country, untuk bertemu dengan pelaku bisnis besar di AS, yang diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai partner bisnis yang lebih setara.
Dengan demikian Indonesia bisa mewujudkan misi mengekspor komoditas jadi, setengah jadi atau komoditas hilir, bukan seperti di masa lalu yang mengirim bahan mentah.
"Peluang ini tentunya akan ditindaklanjuti dengan mewujudkan suasana kondusif bagi investasi di Indonesia, termasuk reformasi regulasi dan birokrasi, peningkatan SDM yang inklusif dan tangguh, infrastruktur yang memadai, dan aspek pendukung lain," tutur Ruhaini.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2022