"Jepang sudah mau memberikan komitmen pembiayaan untuk ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases," ujar Menkes dalam konferensi pers Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN ke-15 yang diikuti di Jakarta, Ahad malam.
Ia mengatakan prinsip kerja ACPHEED pada umumnya mirip seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat.
"Jadi centre ini membina kapabilitas dan kapasitas dari seluruh ASEAN untuk mempersiapkan diri kalau ada potensi pandemi baru," tuturnya.
Baca juga: Budi Gunadi serahkan kepemimpinan Menkes se-ASEAN ke Laos
Baca juga: Menkes RI dorong investasi AS pada layanan kesehatan primer ASEAN
Ia mengemukakan, rencana pendirian ACPHEED itu sedianya akan dilaksanakan pada tahun ini.
"Diharapkan September ini paling telat sudah tanda tangan establishment agreement," katanya.
Ia mengatakan pembagian tugas, wewenang serta misi pendirian ACPHEED sudah disepakati. Terdapat tiga pilar untuk membentuk ACPHEED, yakni surveilans atau deteksi, respons, dan manajemen risiko.
"Kita memilih sesuatu yang kita kuat, saya, sih merasa surveilans sudah lumayan kuat," ucapnya.
Sebelumnya, menteri kesehatan seluruh ASEAN menyetujui pembentukan ACPHEED sebagai pusat kolaborasi ASEAN menghadapi kejadian luar biasa (KLB) maupun pandemi di masa depan.
Menkes mengatakan, tiga pilar ACPHEED akan disokong oleh tiga negara perwakilan ASEAN yakni Vietnam, Thailand dan Indonesia untuk bekerja sama dalam satu payung.
"Akan ada kolaborasi tiga negara, masing-masing akan membangun kantornya di negara mereka untuk tiga pilar yang ada," katanya.*
Baca juga: Menkes se-ASEAN setuju bentuk ACPHEED untuk hadapi pandemi masa depan
Baca juga: Menkes sebut investigasi hepatitis berkembang cukup baik
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022