Berbicara dalam acara "Bankers Dinner" di Kantor Bank Indonesia Jumat malam, Darmin mengatakan hasil survei BI menyebutkan bahwa hambatan kegiatan investasi terkait akses kredit bank oleh dunia usaha terkendala oleh faktor tingginya suku bunga kredit, ketersediaan jaminan, dan persyaratan kredit yang terlalu rumit.
"Dari hasil survei tersebut kita harus retrospeksi bagaimana seharusnya fungsi dan peranan industri perbankan kita tempatkan," katanya.
Dikatakan Darmin, terciptanya perbankan yang sehat dan kuat di satu sisi dan yang dapat menjalankan fungsi intermediasi efektif di sisi lainnya, bukanlah dua hal yang dapat dipisahkan.
"Kita tidak bisa berdiam diri dan menganggap industri perbankan kita telah mencapai keseimbangan, lebih-lebih menengok industri perbankan di Asia lainnya yang terus berbenah diri," katanya.
Menurutnya, apabila tidak berbenah membangun daya saing, dapat dipastikan perbankan nasional akan tertinggal saat perwujudan ME-ASEAN 2015.
Meski begitu, beberapa indikator perbankan nasional terlihat cukup baik seperti rasio kredit bermasalah NPL yang secara gross tercatat 2,7 persen, jauh di bawah indikatif threshold sebesar 5 persen. Sementara rasio kecukupan modal CAR cukup tinggi 17,2 persen pada Oktober 2011.
Dikatakannya, meski kondisi pasar valas dalam negeri mengalami tekanan, kondisi likuiditas rupiah di PUAB dan ketersedian ikuiditas perbankan tetap baik dan memadai.
Sementara dana pihak ketiga (DPK) pada Oktober 2011 tumbuh 19 persen (yoy) sedangkan rasio alat likuid terhadap non core deposit tetap terjaga pada level di atas 100 persen yakni 182 persen pada Oktober 2011.
Pada Oktober 2011 kredit tumbuh 25,7 persen, demikian pula LDR juga meningkat dari 75,5 persen akhir 2010 menjadi 81,4 persen Oktober 2011. Pertumbuhan kredit juga semakin berkualitas, yang tercermin dari kredit investasi yang mencapai 31 persen (yoy) Oktober 2011.
Bahkan untuk ROA, industri perbankan sampai Oktober 2011 mencapai 3,11 persen, tertinggi dibandingkan pencapaian rata-rata ROA perbankan di negara kawasan sebesar 1,14 persen.
Hadir dalam "Bankers Dinner" itu Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan beberapa Direktur Utama perbankan nasional.
(T.D012/S025)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011