• Beranda
  • Berita
  • Benteng keraton Buton diusulkan masuk peninggalan dunia

Benteng keraton Buton diusulkan masuk peninggalan dunia

14 Desember 2011 08:20 WIB
Baubau, Sultra (ANTARA News) - Benteng Keraton Buton yang terletak di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) akan di usulkan oleh Direktorat Sejarah dan Purbakala Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan RI menjadi daftar peninggalan Dunia.

Direktorat Sejarah dan Purbakala, Kementrian Pariwisata dan Kebudayaan RI, Syaiful Mujahid SH, di Baubau, Rabu, mengatakan, potensi cagar budaya yang dimiliki benteng keraton Buton sangat luar biasa, Benteng Keraton Buton memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan benteng lainnya.

"Melihat potensi tersebut kami akan memasukan Benteng Keraton Buton dalam nominasi kawasan Cagar Budaya Nasional dan akan diusulkan masuk daftar peninggalan dunia," katanya.

Ia menambahkan, potensi cagar budaya di Kota Baubau sangat besar. Selain itu, banyak pula peninggalan-peninggalan sejarah di dalamnya. salah Satunya Benteng Keraton Buton yang merupakan benteng terluas dan terpanjang di dunia.

"Kami berharap benteng ini dapat terpelihara, dan dapat memberikan informasi penting tentang peninggalan budaya masa lalu yang ada di Kota Baubau ini," tambahnya.

Menurut Syaiful, sebagai langkah awal piihaknya akan menominasikan pertama masuk kedalam kawasan cagar budaya secara nasional, kemudian pihaknya akan mengusulkan masukan kedalam daftar peninggalan budaya dunia.

Lanjut Syaiful, kembalinya kebudayaan pada Kementrian Pendidikan merupakan momen yang tepat untuk melirik sejarah Buton untuk dimasukan dalam kurikulum pendidikan sejarah nasional,

"Ini adalah momen yang tepat, kembalinya bidang kebudayaan kepada dunia pendidikan, tentu kita akan lebih mampu membuat silabus atau membuat bahan pengajaran kurikulum yang berkaitan dengan muatan lokal," lanjutnya.

Ia menambahkan, termasuk untuk pendidikan sejarah nasional. Namun, pihaknya akan melihat konteks kesejarahan Buton dalam konteks sejarah nasional.

"Kita dapat menempatkan sebagai bagian dari itu, yang diperukan adalah informasi dan banyak peneliti-peneliti yang mengungkapkan itu, ya kenapa tidak, supaya bisa masuk dalam kurikulum sejarah nasional," tegas Syaiful. (ANT-175)


Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011