"Saya berharap, masih ada jalan yang harus ditempuh," kata Guterres, yang mengunjungi Moskow dan Kiev akhir bulan lalu.
"Keamanan yang kompleks, implikasi ekonomi dan keuangan membutuhkan niat baik semua pihak ."
Berbicara pada pertemuan ketahanan pangan di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Guterres mengimbau Rusia untuk mengizinkan "ekspor gandum yang aman dan terjamin yang disimpan di pelabuhan Ukraina" dan agar makanan dan pupuk Rusia "memiliki akses penuh dan tidak terbatas ke pasar dunia".
Perang Rusia di Ukraina telah menyebabkan harga global untuk biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melambung, dan Guterres memperingatkan perang ini akan memperburuk krisis pangan, energi dan ekonomi di negara-negara miskin.
"Perang ini mengancam puluhan juta orang ke dalam kerawanan pangan, diikuti oleh kekurangan gizi, kelaparan massal dan bencana kelaparan, dalam krisis yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun," kata Guterres.
Ukraina biasanya mengekspor sebagian besar barangnya melalui pelabuhan tapi sejak invasi Rusia pada 24 Februari, Ukraina terpaksa mengekspor dengan kereta api atau melalui pelabuhan kecil di Sungai Danube.
Kepala pangan PBB David Beasley mengimbau Presiden Rusia Vladimir Putin: "Jika Anda punya hati, silakan buka pelabuhan ini."
Beasley mengepalai Program Pangan Dunia, yang memberi makan sekitar 125 juta orang dan membeli 50 persen gandum dari Ukraina.
Rusia dan Ukraina bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari, dan minyak lobak, sementara Rusia dan Belarus-- yang telah mendukung Moskow dalam perangnya di Ukraina--menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium global, pupuk tanaman.
Blinken mengatakan Rusia harus dipaksa membuat koridor sehingga makanan dan pasokan penting lainnya dapat dengan aman meninggalkan Ukraina melalui darat atau laut.
"Diperkirakan ada 22 juta ton biji-bijian yang tersimpan di silo di Ukraina saat ini. Makanan itu bisa langsung digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan jika bisa keluar dari negara itu," kata Blinken.
PBB mengatakan 36 negara mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk lebih dari setengah impor gandum mereka, termasuk beberapa yang termiskin dan paling rentan di dunia, termasuk Lebanon, Suriah, Yaman, Somalia, dan Republik Demokratik Kongo.
Guterres berbicara dengan Wakil Perdana Menteri pertama Rusia Andrei Belousov pada Selasa tentang ekspor pupuk dan biji-bijian Rusia, kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.
"Diskusi, sejauh yang saya tahu, berjalan dengan baik dan positif," kata Nebenzia kepada wartawan pada Rabu, tapi dia mengisyaratkan bahwa akses Ukraina ke pasar internasional adalah masalah yang terpisah.
"Kami siap untuk melakukan bagian kami. Akses pasar gandum Ukraina, itu hal lain," kata Nebenzia.
Nebenzia mengatakan meski tidak ada sanksi langsung terhadap pupuk atau biji-bijian Rusia, ada efek besar pada pengiriman, asuransi dan perbankan setelah Amerika Serikat dan negara lain mulai menghukum Rusia atas apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
Blinken mengatakan "tak tepat" untuk menyalahkan sanksi karena Amerika Serikat telah membuat pengecualian dan bekerja untuk memastikan tindakan yang diberlakukan oleh Washington "tidak mencegah makanan atau pupuk meninggalkan Rusia atau di tempat lain."
Sumber: Reuters
Baca juga: Pertumbuhan ekonomi global terseret imbas dari perang di Ukraina
Baca juga: PBB: Bantuan kemanusiaan jangkau 6,4 juta orang di Ukraina
Baca juga: Pejabat Ukraina: konflik pengaruhi 25 persen pasar biji-bijian global
Pewarta: Mulyo Sunyoto
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022