• Beranda
  • Berita
  • Kunjungan Biden ke Jepang dan Korsel, peringatan buat China

Kunjungan Biden ke Jepang dan Korsel, peringatan buat China

19 Mei 2022 13:31 WIB
Kunjungan Biden ke Jepang dan Korsel,  peringatan buat China
Presiden AS Joe Biden tiba di Gedung Putih setelah memberi pengarahan tentang kesiapsiagaan badai di Pangkalan Gabungan Andrews, di Washington, AS (18/5/2022). ANTARA/Reuters/Evelyn Hockstein/as.
Kunjungan Presiden AS Joe Biden ke Jepang dan Korea Selatan membawa pesan yang jelas bagi China: jangan coba-coba meniru aksi Rusia di Ukraina terhadap negara Asia mana pun, khususnya Taiwan, demikian menurut para analis.

Perjalanan ke Asia itu menjadi kunjungan Biden yang pertama sebagai presiden AS. Dia akan berangkat pada Kamis untuk perjalanan selama lima hari.

Dia akan bertemu dengan presiden baru Korsel Yoon Suk-yeol di Seoul dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Tokyo. Kedua pemimpin Asia itu sama-sama khawatir dengan Korea Utara dan China, dan berniat untuk memperkuat aliansi dengan Washington.

"Intinya, (kunjungan) ini adalah tentang membangun jaringan aliansi di Asia Timur," sebagai bagian dari upaya menghadapi tindakan China terhadap Taiwan, kata Evan Medeiros, penasihat urusan Asia di pemerintahan Barack Obama.

Sanksi seperti yang dijatuhkan Barat terhadap Rusia tak akan mudah dijatuhkan pada Beijing. China adalah mitra dagang terbesar Korsel dan sumber terbesar barang-barang impor bagi Jepang, sedangkan Amerika Serikat hanya menempati urutan kedua dengan selisih yang besar.

Pesan yang dibawa Biden menjadi rumit ketika pemerintahannya tak punya rencana untuk merespons jika Beijing memutuskan untuk merebut Taiwan, bahkan ketika intelijen AS menilai persiapan China untuk melakukan hal itu sudah terlihat.

Begitu pula ketika Beijing mengambil kebijakan "nol COVID" dan memberlakukan lockdown. Pemerintah AS dinilai hanya punya sedikit strategi untuk mengantisipasi resesi global akibat kebijakan China yang tegas itu.

Namun dengan kekurangan-kekurangan itu, dukungan kepada Washington dari Seoul dan Tokyo dinilai lebih kuat dari sebelumnya.

"Presiden (Biden) beruntung mendapatkan mitra-mitra (seperti Jepang dan Korsel)," kata Michael Green, spesialis Asia di Center for Strategic and International Studies, sebuah wadah pemikir di Washington.

"Menurut perhitungan saya, sekitar 20 tahun telah berlalu sejak seorang presiden Amerika mengunjungi Jepang dan Korea dan mengandalkan pemimpin kedua negara itu yang sangat pro-aliansi,"

Biden diperkirakan akan menawarkan kolaborasi yang lebih kuat kepada para sekutu dalam sejumlah inisiatif teknologi dan menyoroti kemitraan publik-swasta yang baru untuk mengurangi kendala di rantai pasokan.

Dia juga akan mendukung inisiatif Korsel dan Jepang untuk memodernisasi kemampuan pertahanan dan mengembangkan kapasitas serangan militer mereka.

Biden tidak akan mengunjungi zona demiliterisasi yang berbatasan dengan Korut, dan pemerintahannya belum punya gagasan baru tentang bagaimana mengelola hubungan dengan negara terisolasi itu.

Korut mengabaikan larangan untuk menguji coba rudal balistik antarbenua dan kemungkinan akan segera melanjutkan tes nuklir.

Negara itu baru-baru ini mengaku sedang berjuang menghadapi wabah COVID-19, tapi tidak mengindahkan seruan untuk kembali berdiplomasi dan tampaknya tak siap menerima bantuan dari negara lain, bahkan dari China.

Di Jepang, Biden akan bertemu dengan perdana menteri dari tiga anggota kelompok "Quad": Kishida dari Jepang, Narendra Modi dari India dan siapa pun yang memenangi pemilihan PM Australia pada Sabtu.

Meskipun bukan aliansi militer seperti NATO di Eropa, Quad dipandang Washington sebagai kunci untuk menjaga nilai-nilai pro-demokratis.

Biden akan menyoroti kerja sama vaksin COVID, bantuan kemanusiaan, pengembangan infrastruktur, iklim, ruang angkasa dan keamanan siber.

Kishida dan Biden diperkirakan akan berbicara ringan dengan Modi soal apa yang dianggap oleh Washington sebagai sambutan hangat India pada invasi Rusia di Ukraina.

Di Jepang, Biden juga akan meluncurkan Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik, sebuah kemitraan untuk mendorong dialog dan investasi lintas perbatasan yang terkait dengan perdagangan, ketahanan rantai pasokan, infrastruktur, dekarbonisasi, serta aturan perpajakan dan anti korupsi.

Namun, apa yang paling diinginkan oleh negara-negara di Asia –akses yang lebih luas ke ratusan juta konsumen Amerika seperti yang disepakati dalam Kemitraan Trans-Pasifik dan diabaikan oleh Donald Trump pada 2017– tidak termasuk dalam kesepakatan itu.

Kishida diperkirakan akan menekan Biden untuk bergabung kembali dengan kemitraan itu, kata para analis.

Sumber: Reuters
Baca juga: AS, Jepang, Korsel bahas ancaman Korut
Baca juga: Radar X-band Amerika Serikat tingkatkan pertahanan Jepang
Baca juga: Pemerintah baru Korsel pertimbangkan bergabung dengan pakta ekonomi AS



 

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022