Pada periode Januari-Maret 2022, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan China sebesar 190,79 juta dolar AS (Rp 2,9 triliun) atau berkurang 47,99 persen dibandingkan dengan periode Januari-Maret 2021 sebesar 366,81 juta dolar AS ( Rp5,3 triliun).
Nilai impor Indonesia dari China selama periode tersebut mencapai 16,47 miliar dolar AS atau naik 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,67 miliar dolar AS.
Sementara nilai ekspor Indonesia ke China selama periode tersebut mencapai 16,28 miliar dolar AS atau tumbuh
sebesar 32,32 persen dibandingkan nilai total ekspor periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,31 miliar dolar AS.
Baca juga: Perdagangan Indonesia-China tertinggi dalam 20 tahun terakhir
Beberapa komoditas ekspor Indonesia ke China yang mengalami kenaikan secara signifikan dalam tiga bulan pertama tahun ini, di antaranya besi dan baja yang tumbuh 72,35 persen, bijih logam (109,29 persen), aneka produk kimia (65,17 persen), bahan kimia organik (107,37 persen), timah dan turunannya (283,61 persen).
Ada juga aluminium dan turunannya (69,66 persen), keramik (71,97 persen), bulu unggas olahan, bunga tiruan, barang dari rambut manusia (165,95 persen), dan serat tekstil nabati (70,09 persen).
Total nilai perdagangan Indonesia dan China pada triwulan I/2022 mencapai 32,76 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar
31,14 persen dibandingkan triwulan I/2021 yang hanya tercatat 24,98 miliar dolar AS.
Investasi China di Indonesia selama periode tersebut tercatat sebesar 1,4 miliar dolar AS atau naik 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
China menjadi negara investor asing terbesar ketiga di Indonesia setelah Singapura dan Hong Kong.
Baca juga: Sebanyak 2.278 perusahaan RI terdaftar di China, terbanyak di ASEAN
Baca juga: Habis surplus, terbitlah hambatan
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022