Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bertemu membahas pengelolaan sektor kehutanan khususnya di Sulawesi Selatan.
Dekan Fakultas Kehutanan (FHut) Universitas Hasanuddin Dr A Mujetahid M SHut MP di Makassar, Sabtu, mengatakan pihaknya saat ini sedang memproduksi gula aren dan pengembangan lebah madu.
“Fakultas Kehutanan Unhas saat ini sedang melakukan persiapan akreditasi laboratorium pengelolaan lebah madu. Beberapa kerja sama nasional dan internasional yang dijalin Fakultas Kehutanan dengan lembaga internasional salah satunya kerjasama dengan University of San Diego,” ujarnya.
Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian Bappenas Dr Nur Hygiawati Rahayu, MSc, membahas terkait sektor kehutanan itu sendiri, terkait bagaimana mengelola kehutanan pusat dan daerah.
Baca juga: Epidemiolog Unhas: Lahirkan mitigasi bencana kesehatan di G20
Baca juga: Pengamat: Kebangkitan ekonomi usai pandemi harus jadi perhatian di G20
"Selama masa pandemi COVID-19 banyak keterbatasan yang dialami oleh pemerintah pusat,” kata Rahayu.
Dia mengatakan perhutanan sosial di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sangat diperlukan pendamping seperti penyuluhan. KLHK mempunyai anggaran untuk kolaborasi pemberdayaan masyarakat dan desa binaan menjadi salah satu indikatornya.
Tiga aspek penting dalam membantu petani yaitu aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga aspek tersebut selalu bersamaan, jika aspek lingkungan tidak baik maka akan mempengaruhi aspek yang lain.
Untuk itu sangat penting adanya koordinasi dan kerjasama antara Perhutanan Sosial dan Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam meningkatkan pembangunan sosial.
Sementara itu, Prof Dr Syamsu Alam, mengatakan pendekatan kehutanan dilakukan dengan harus saling mendukung antar sektor yang ada.
Seperti halnya pengembangan pertanian dalam memproduksi yang sekiranya memiliki subsidi benih, sehingga menguntungkan bagi mereka dan akhirnya mempertahankan hutan yang ada sekarang terutama hutan rakyat.
“Harusnya sektor kehutanan dapat meningkatkan produksi tanpa memperluas lahan dan dukungan dari industri pengolahan menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi pada sektor kehutanan. Tak hanya itu dukungan pengembangan area terintegrasi juga penting,” ujarnya.
Prof Dr Supratman MP dari Fakultas Kehutanan Unhas pada kesempatan yang sama mengatakan bahwa sektor kehutanan jangan dinilai dan dilihat dari dari sisi kayunya saja melainkan dari produksi kayu atau produk kayu itu sendiri.
“Mengelola hutan tidak harus dengan menebang pohon, hal lain yang dapat dikelola dalam hutan yaitu air dan karbonnya. Dua hal penting yang harus kita ketahui dalam mengelola hutan yaitu hutan dan kayu itu sendiri. Kedua aspek tersebut harus dikelola bisnisnya, kegagalan hutan tergantung dari kegagalan bisnisnya," ucapnya.*
Baca juga: Tim Monev LTMPT apresiasi kesiapan ruang UTBK Unhas
Baca juga: Pelaksanaan UTBK-SBMPTN Unhas 2022 terapkan prokes ketat
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022