Menurut Kahkonen, pengurangan emisi global dengan mendukung komunitas di seluruh dunia untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Selain itu, ia menilai juga penting untuk mengelola hutan secara berkelanjutan karena menyimpan sejumlah besar karbon.
"Lebih lanjut, mencegah emisi berbasis lahan dengan mencegah kebakaran hutan, melestarikan lahan gambut, dan mengalihkan pertanian ke teknologi dan metode produksi rendah karbon juga penting. Dengan demikian, kita dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, mengurangi emisi dan melindungi serta memperkuat lingkungan kita, baik secara lokal maupun global," ujar Kahkonen saat memberikan sambutan dalam Y20 Indonesia 2022 3rd Pre Summit: Sustainable and Livable Planet yang dipantau secara daring di Jakarta, Sabtu.
Di Bank Dunia, lanjut Kahkonen, pihaknya menyatukan para pelaku di seluruh sektor ekonomi untuk menerapkan program lanskap terpadu yang meningkatkan mata pencaharian masyarakat sambil memberikan manfaat ekosistem, seperti penyerapan karbon dan konservasi keanekaragaman hayati.
Baca juga: Bank Dunia turunkan proyeksi ekonomi RI jadi 5,1 persen
Selanjutnya, untuk beradaptasi dengan perubahan iklim, ia menyampaikan juga perlu peningkatan kapasitas untuk menghadapi guncangan iklim dan hal itu akan membutuhkan penyesuaian lintas sektor terhadap pendekatan yang cerdas dan tangguh terhadap iklim, misalnya, untuk pertanian cerdas iklim.
"Selain proyek yang mendukung sistem peringatan dini dan tanggap bencana, Bank Dunia memajukan solusi berbasis alam ini di mana kami berinvestasi dalam sistem alami untuk menyediakan layanan penting, ini termasuk perlindungan dan pengelolaan lahan basah untuk mitigasi banjir dan mangrove untuk mengurangi dampak gelombang, gelombang badai, dan erosi pantai," kata Kahkonen.
Bank Dunia juga bekerja sama dengan pemerintah untuk merintis apa yang disebut kota spons untuk membantu mengelola banjir perkotaan. Menurut Kahkonen, semua tindakan, mitigasi dan adaptasi tersebut, memerlukan perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang besar yang didukung secara aktif oleh Bank Dunia.
"Kami adalah pemodal terbesar di dunia untuk aksi iklim di negara-negara berkembang. Kami mengirimkan lebih dari 26 miliar dolar AS pada tahun 2021 saja. Kami mendukung negara-negara untuk mengembangkan cara-cara yang lebih hijau, lebih inklusif, dan lebih tahan terhadap iklim," ujar Kahkonen.
Bank Dunia melakukan hal itu dengan memberikan keahlian, bantuan teknis, dan pembiayaan untuk mendukung negara-negara mengelola tanah, lautan, dan sumber daya alam terbarukan mereka secara berkelanjutan
Hal tersebut membantu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan mata pencaharian, meningkatkan layanan ekosistem, mengurangi polusi, dan meningkatkan ketahanan dari perubahan iklim.
Baca juga: Bank Dunia umumkan pembiayaan 30 miliar dolar atasi kerawanan pangan
"Pemerintah indonesia telah membuat komitmen untuk transisi menuju ekonomi rendah karbon dan dengan senang hati kami mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan energi bersih, mempromosikan pengelolaan lanskap dan lautan yang berkelanjutan serta memobilisasi pendanaan iklim," kata Kahkonen.
Bank Dunia dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerjasama untuk melestarikan dan merestorasi mangrove dan membayar konservasi hutan dan pengurangan emisi gas rumah kaca di Kalimantan Timur.
Menurut Kahkonen, apa yang telah dicapai indonesia di Kalimantan Timur dapat menghasilkan pembayaran pengurangan emisi terbesar di seluruh dunia dan pembayaran itu akan memberikan insentif bagi semua, untuk merawat dan melindungi planet Bumi.
"Membuat planet kita menjadi tempat tinggal yang lebih baik, membutuhkan pendekatan seluruh masyarakat dan kaum muda adalah bagian penting dari gerakan. Kami siap berkolaborasi dengan anda untuk mengeksplorasi ide-ide inovatif dan untuk mengatasi perubahan iklim dan menyediakan alat untuk membangun dan terlibat dalam kegiatan yang berdampak," ujar Kahkonen.
Baca juga: Bank Dunia pangkas perkiraan PDB Asia Timur 2022 karena perang Ukraina
Baca juga: Bank Dunia: UU HPP bakal tingkatkan penerimaan hingga 1,2 persen PDB
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022