Forum Pra-KTT III Youth 20 atau Y20 Indonesia mengenai isu planet berkelanjutan dan layak huni masih terus berlanjut pada Minggu (22/5) dengan diskusi mengenai penyelamatan bumi dengan ekonomi sirkular.kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya lantaran telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim
Diskusi menghadirkan Center of Competence for Climate Change, Environment, and Noise Protection di Aviation Hessen Alesya Krit, Partner di Systemiq Joi Danielson, Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy Ke Wang, serta CEO dan Founder Waste4Change Mohammad Bijaksana Junerosano. Y20 merupakan wadah konsultasi resmi bagi para pemuda dari seluruh negara anggota G20 untuk dapat saling berdialog.
Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin, Alesya menyarankan pentingnya berpikir secara lokal dalam upaya mendorong konsumsi berkelanjutan.
“Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan solusi tersebut dengan wilayah tujuan, serta cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Kemudian, membentuk perspektif normatif dan mengajak pekerja, teman, warga untuk mengenal pemikiran baru, misalnya, lewat TikTok challenge,” ujar Alesya.
Sementara Joi Danielson mengatakan perlunya memperhatikan pola konsumsi sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular. Manusia takut akan kelangkaan, sehingga cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan.
Di sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, semakin banyak yang dikonsumsi maka akan semakin tinggi Produk Domestik Bruto (PDB).
"Sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi.
Hal senada diungkapkan oleh Ke Wang. Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.
“Para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat, namun kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya lantaran telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim,” ucap Ke Wang.
Junerosano menambahkan populasi dunia saat ini telah mencapai 7,9 miliar jiwa sehingga jika ingin terdapat perubahan tanpa peperangan, sebanyak empat persen dari sebuah populasi harus diyakinkan.
"Berarti di Indonesia, ada 10 juta orang yang harus diyakinkan tentang ekonomi sirkular. Memang terkadang terasa sulit, tetapi yang terpenting kita harus optimistis bahwa kita bisa melakukan perubahan dengan berkolaborasi," ungkap Junerosano.
Diskusi Pra-KTT Ketiga Y20 Indonesia yang membahas ekonomi sirkular kali ini diharapkan memberikan wawasan yang dapat membantu para delegasi muda dalam menyusun rekomendasi kebijakan khususnya yang berkaitan dengan lingkungan kepada pemimpin G20.
Baca juga: Menteri LHK berharap pemuda mampu jadi agen perubahan
Baca juga: Co-Chair Y20 soroti kekhawatiran anak muda terkait krisis iklim
Baca juga: Kaltim tuan rumah Pra-KTT III Y20
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022