"Keterampilan dan kualitas dari SDM kita untuk bicara tentang digital ini masih male dominated ya, jadi masih memang didominasi oleh laki-laki," kata Lenny dalam "Indonesia Women in Cyber Security (IWCS) Annual Summit 2022", yang diikuti di Jakarta, Senin.
Menurutnya data menunjukkan partisipasi perempuan di bidang cyber security di dunia hanya sebesar 11 persen.
"Rendahnya partisipasi, peran dan keterlibatan perempuan ini memang dalam cyber security, kalau di tingkat global, saya baca literatur itu sekitar 11 persen," katanya.
Lenny menambahkan hal ini merupakan peluang bagi perempuan untuk menunjukkan diri bahwa perempuan juga bisa berkarir di bidang TIK.
"Bagi para perempuan dengan munculnya Indonesia Women in Cyber Security, saya rasa ini membawa angin segar bagi para perempuan untuk bisa nantinya, dia menunjukkan dirinya bahwa mereka bisa," katanya.
Pihaknya berharap pekerjaan di bidang cyber security dapat menjadi salah satu pilihan karir bagi para perempuan.
Dia mengatakan penyebab terjadinya kesenjangan gender ini adalah masih rendahnya jumlah perempuan yang menggunakan telepon seluler, mengakses internet, mengakses produk layanan keuangan dan memiliki pendidikan di bidang sains, teknologi, dan matematika dibandingkan dengan laki-laki.
Selain itu adanya stereotip gender di bidang TI yang cenderung maskulin, membuat perempuan jarang mau masuk ke dunia tersebut.
"Gender stereotype bahwa dunia TI adalah dunia yang maskulin yang cocok hanya untuk laki-laki, itu mungkin yang menjadi penyebab salah satunya bahwa perempuan enggan masuk ke sana," katanya.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022