• Beranda
  • Berita
  • Sri Mulyani: Inflasi dan suku bunga tinggi ancam ekonomi global

Sri Mulyani: Inflasi dan suku bunga tinggi ancam ekonomi global

23 Mei 2022 17:07 WIB
Sri Mulyani: Inflasi dan suku bunga tinggi ancam ekonomi global
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kelima kiri) didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara (keempat kanan) serta para pejabat Eselon I bersiap menyampaikan keterangan pers APBN KITA di kantor Kemenkeu, Jakarta, Senin (23/5/2022). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/rwa.

Tiga hal ini akan mempengaruhi environment ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia yaitu inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi ekonomi rendah

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan saat ini terdapat tiga hal yang sedang mengancam ekonomi global, termasuk Indonesia, yaitu inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi ekonomi yang melemah.

“Tiga hal ini akan mempengaruhi environment ekonomi seluruh dunia termasuk Indonesia yaitu inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi ekonomi rendah,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Senin.

Sri Mulyani menjelaskan konflik antara Ukraina dan Rusia telah menyebabkan lonjakan harga barang-barang yang sangat penting bagi pemulihan dan masyarakat yaitu energi dan pangan.

Beberapa komoditas itu meliputi gas alam yang naik 125,8 persen (ytd), batu bara 166,1 persen (ytd), minyak mentah jenis Brent 45,7 persen (ytd), CPO 20,9 persen (ytd), gandum 55,6 persen (ytd), jagung 31,6 persen (ytd), kedelai 28,1 persen (ytd) dan grain naik 15,5 persen (ytd).

Sri Mulyani menuturkan kenaikan harga komoditas tersebut pada akhirnya menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara terutama negara yang tidak melakukan shock absorber.

“Ini langsung dirasakan rakyatnya sehingga masyarakat di negara tersebut menghadapi inflasi tinggi,” ujarnya.

Baca juga: IMF pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 jadi 3,6 persen

Sebagai contoh, Rusia mengalami inflasi 17,8 persen, Brasil 12,1 persen, Amerika Serikat (AS) 8,3 persen, Inggris 9 persen, Meksiko 7,7 persen, Afrika Selatan 5,9 persen, Korea Selatan 4,8 persen, dan India 7,8 persen.

Inflasi yang tinggi menyebabkan negara-negara ini melakukan pengetatan kebijakan moneter seperti Rusia sebanyak 975 basis poin (bps) sejak 2021 dengan tingkat suku bunga acuan 17 persen dan Brasil 1.075 bps sejak 2021 dengan suku bunga acuan 12,75 persen.

“Di banyak negara interest rate segera meningkat terutama emerging kenaikannya cukup cepat untuk menjaga inflasinya,” jelas Sri Mulyani.

Sementara untuk Indonesia, ia mengatakan saat ini masih cukup terkendali karena tidak semua kenaikan harga komoditas dunia dirasakan oleh masyarakat.

Inflasi Indonesia pada April 2022 adalah sebesar 3,5 persen (yoy) yang sudah relatif meningkat dibandingkan 24 bulan ke belakang.

“Inflasi masih kita kendalikan karena tidak semua kenaikan harga dunia dirasakan oleh rakyat. Tentu akibatnya kita harus memberikan subsidi,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: BPS: Minyak goreng picu inflasi April capai 0,95 persen

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022