MPR-ICMI sepakat perkuat solidaritas kebangsaan

23 Mei 2022 22:30 WIB
MPR-ICMI sepakat perkuat solidaritas kebangsaan
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menerima Pengurus Pusat ICMI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (23/5/2022). ANTARA/HO-MPR RI
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengatakan lembaganya dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) akan melaksanakan Silaturahim Kebangsaan sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI pada Senin (30/5) dalam upaya perkuat solidaritas kebangsaan.

"Kegiatan tersebut sebagai upaya para cendekiawan Muslim dalam memperkuat solidaritas kebangsaan, khususnya dalam menghadapi pemulihan ekonomi dan peningkatan kualitas pendidikan yang menjadi tantangan terbesar pascapandemi COVID-19," kata Bambang Soesatyo atau Bamsoet dalam keterangannya di Jakarta.

Hal itu dikatakannya usai menerima Pengurus Pusat ICMI, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin. Pengurus ICMI yang hadir antara lain, Wakil Ketua Umum Priyo Budi Santoso, Bendahara Asri Das, Sekretaris Juliana Wahid, dan Ketua Panitia Silaturahim Kebangsaan sekaligus Sosialisasi Empat Pilar MPR RI Muhammad Syukur Mandar.

Bamsoet mengutip laporan jajak pendapat Litbang Kompas yang dilakukan pada pertengahan Mei 2022 yaitu sebanyak 30,2 persen responden menilai sektor ekonomi sebagai sendi kehidupan yang paling membutuhkan perhatian pascapandemi COVID-19.

"Disusul 21,7 persen responden yang menilai sektor pendidikan juga harus mendapat perhatian serius," ujarnya.

Baca juga: MPR sebut nilai keindonesiaan harus diimplementasikan dalam keseharian

Baca juga: Ketua MPR: ESQ Leadership Center bentuk karakter SDM Indonesia


Dia menjelaskan, di bidang pendidikan, merujuk data tahun 2018 sebelum pandemi, rata-rata kemampuan membaca, sains, dan matematika pelajar nasional menempati urutan 74 dari 79 negara dunia yang disurvei.

Karena itu menurut dia perlu diwaspadai agar pembatasan aktivitas pembelajaran secara langsung tidak menyebabkan generasi pembelajar tumbuh sebagai “lost generation”, generasi yang terpaksa kehilangan fasilitasi dan referensi akademis yang memadai.

Bamsoet menjelaskan, himpitan kebutuhan ekonomi dan keterbatasan akses pembelajaran jarak jauh menjadi faktor utama meningkatnya angka putus sekolah anak SD yaitu sebanyak 10 kali lipat dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi COVID-19.

"Merujuk perspektif global, laporan dari 3 entitas internasional, yaitu UNESCO, UNICEF, serta Bank Dunia, diperkirakan generasi pembelajaran yang terdampak pandemi berpotensi kehilangan 17 triliun dolar AS pendapatan seumur hidup, atau setara dengan 14 persen dari PDB global saat ini," tuturnya.

Menurut Wakil Ketua Penasehat Pusat ICMI itu, dampak pandemi juga telah menggerus sektor perekonomian dengan menyebabkan disrupsi ketenagakerjaan yang berdampak terhadap sekitar 21,32 juta tenaga kerja hingga pertengahan tahun 2021.

Selain itu dia menilai, pandemi juga telah menggoyahkan salah satu pilar perekonomian nasional yaitu UMKM, sekitar 40 persen terpaksa berhibernasi atau bahkan gulung tikar.

"Sementara di bidang sosial, sangat miris dengan tingginya kasus kejahatan seksual di tanah air. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, dalam kurun waktu lima tahun dari periode 2016 hingga 2020, kejahatan seksual telah meningkat 31 persen, dari 5.237 kasus menjadi 6.872 kasus," ujarnya.

Dia juga mengutip catatan Komnas Perempuan, korban terbanyak pelecehan dan kekerasan seksual justru terjadi di kampus 27 persen, dan pesantren 19 persen.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022