"Teknologi ini mendeteksi tsunami berdasarkan data kenaikan tekanan air di dasar laut saat tsunami terjadi akibat aktivitas seismik di dasar laut," kata Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, Ocky Karna Radjasa saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BRIN segera pasang InaCBT perkuat sistem peringatan dini tsunami
Baca juga: BRIN perkuat sistem peringatan dini tsunami Indonesia
Ocky menuturkan data-data yang ditangkap InaCBT dikirim secara real time ke land-based station menggunakan kabel optik yang dibentang dari dasar laut ke pinggir pantai, yang kemudian dikirim ke pusat data melalui jaringan satelit.
Teknologi itu memberikan informasi peringatan dini tsunami berdasarkan perubahan tekanan air di dasar laut akibat aktivitas seismik di dasar laut, sehingga masyarakat dapat melakukan evakuasi dini.
InaCBT dipasang di Labuan Bajo dengan panjang kabel 54,7 kilometer (km) di kedalaman hingga 4.100 meter. Sementara di Rokatenda, panjang kabel terpasang adalah 14,3 km di kedalaman hingga 1.400 meter.
Biaya pemasangan InaCBT di kedua lokasi termasuk infrastruktur di Labuan Bajo dan Rokatenda sebesar Rp66 miliar. Sementara total harga sistem elektronik dan kabel kurang lebih Rp50 miliar, termasuk peralatan pengujian.
Sebagai sistem pemantauan bahaya tsunami berbasis sensor tekanan air laut, InaCBT diharapkan dapat mendukung upaya Indonesia dalam mitigasi bencana tsunami.
Baca juga: Pemkab Manggarai Barat apresiasi BRIN kembangkan alat deteksi tsunami
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022