• Beranda
  • Berita
  • Agar tak punah, lestarikan bahasa daerah Sampit di Kalteng

Agar tak punah, lestarikan bahasa daerah Sampit di Kalteng

26 Mei 2022 07:33 WIB
Agar tak punah, lestarikan bahasa daerah Sampit di Kalteng
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kotawaringin Timur, Kalteng Dadang Siswanto bersama tokoh masyarakat dan pejabat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam sebuah kegiatan. ANTARA/HO-Dokumentasi Pribadi.

Saat ini pengguna atau penutur bahasa daerah Sampit semakin berkurang. Kalau tidak dilakukan upaya-upaya pelestarian, saya khawatir akan punah

Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur di Provinsi Kalimantan Tengah, Dadang Siswanto terus menyuarakan dan mendorong pemerintah untuk lebih serius melestarikan bahasa Sampit yang merupakan bahasa ibu di daerah setempat agar tidak terancam punah.

"Saat ini pengguna atau penutur bahasa daerah Sampit semakin berkurang. Kalau tidak dilakukan upaya-upaya pelestarian, saya khawatir akan punah," katanya di Sampit, Kamis.

Ketua Fraksi PAN ini dikenal getol memperjuangkan agar bahasa Sampit tetap lestari.

Dia turut andil di berbagai kegiatan yang bertujuan untuk pelestarian bahasa Sampit yang digagas sejumlah pihak seperti mahasiswa, budayawan maupun instansi pemerintah.

Berbagai kegiatan digelar oleh pihak-pihak yang peduli terhadap pelestarian bahasa Sampit. Seperti pada tahun 2018 digelar lomba puisi dan pidato berbahasa Sampit untuk kalangan pelajar dan mahasiswa.

Sekelompok mahasiswa dari STKIP Muhammadiyah Sampit, yang sedang berproses menjadi Universitas Muhammadiyah Sampit (Umsa), melakukan kegiatan konservasi bahasa Sampit dimulai dengan membentuk Barisan Penutur Muda Bahasa Sampit.

Tempat yang dipilih untuk kegiatan ini adalah Kampung Bengkirai, Kelurahan Baamang Hulu, Kecamatan Baamang karena warga setempat masih menggunakan bahasa Sampit.

Selanjutnya pada 2019, dilahirkan salah satu bukti konkret generasi muda, akademisi dan para tokoh peduli Bahasa Sampit adalah dengan menerbitkan dua buku berjudul "Kata Milenial Tentang Bahasa Sampit" dan "Bakesah:Uluh Tabela Manokep Bahasa Sampit" dan seminar ilmiah hasil penelitian Bahasa Sampit.

Untuk menghasilkan karya itu, dilakukan penelitian selama tiga bulan dan dilanjutkan penyusunan buku selama dua bulan. Penyusunan buku melibatkan 22 penulis, sedangkan penyusunan hasil penelitian dilakukan oleh empat orang.

Dadang yang merupakan pegiat dan juga salah satu penutur bahasa Sampit mengaku bangga dengan upaya generasi milenial daerah ini melestarikan bahasa daerah.

Ia berharap upaya-upaya itu dilakukan berkelanjutan sehingga makin banyak masyarakat yang kembali menggunakan bahasa Sampit sebagai bahasa sehari-hari.

"Di era sekarang ini, generasi milenial bisa lebih leluasa dalam melestarikan bahasa Sampit dengan memanfaatkan teknologi dan mengembangkan komunitas. Yang terpenting, generasi muda sendiri harus mulai menggunakannya untuk percakapan sehari-hari," kata Dadang.

Bahasa Sampit diperkirakan merupakan percampuran bahasa Dayak dan Banjar. Saat ini penuturnya, umumnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kotabesi dan Cempaga.

Kekhawatiran musnahnya bahasa Sampit karena penuturnya terus berkurang. Apalagi di kalangan remaja, makin sedikit yang paham dan menggunakan bahasa Sampit sebagai bahasa ibu atau bahasa percakapan sehari-hari.

Menurutnya, harus ada upaya nyata menyelamatkan Bahasa Sampit dari kepunahan. Saat ini makin sedikit warga yang menggunakan Bahasa Sampit. Jika tidak dilakukan upaya pelestarian, Bahasa Sampit dikhawatirkan akan punah.

Tahun 2021 lalu DPRD Kotawaringin Timur telah merampungkan Peraturan Daerah tentang Budaya Daerah. Peraturan tersebut diharapkan bisa memperkuat upaya-upaya pelestarian daerah, termasuk bahasa Sampit.

"Kami juga mendorong agar pemerintah terus gencar melakukan upaya-upaya melestarikan Bahasa Sampit. Sangat ironis jika Bahasa Sampit sampai punah. Kita semua harus peduli untuk mempertahankannya. Mari kita lestarikan dengan tetap menggunakan Bahasa Sampit dalam keseharian kita," demikian Dadang Siswanto.

Baca juga: Ditemukan 22 Bahasa Daerah di Kalteng

Baca juga: Bupati Kotim dukung penuh berdirinya Universitas Muhammadiyah Sampit

Baca juga: Pakar: 25 bahasa di Indonesia hampir punah

Baca juga: Pansus DPRD Kalteng minta raperda bahasa segera disahkan




 

Pewarta: Muhammad Yusuf/Norjani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022