Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyampaikan hal itu dalam pernyataannya saat mengomentari apa yang disebut sebagai aksi protes Jepang terhadap patroli udara strategis gabungan yang dilakukan angkatan udara China dan Rusia pada Selasa (24/5).
Kerja sama antara militer Rusia dan China merupakan bagian penting dari hubungan bilateral, dan patroli udara gabungan rutin itu menunjukkan interaksi dan rasa saling percaya yang tinggi antara kedua angkatan bersenjata itu, katanya.
Kegiatan patroli ini dilaksanakan sesuai dengan norma-norma dalam hukum internasional dan sepenuhnya memenuhi tujuan untuk memperkuat perdamaian, kestabilan, dan keamanan di kawasan Asia-Pasifik dan di dunia secara keseluruhan, imbuhnya.
Zakharova mengecam Tokyo yang mempermasalahkan kegiatan latihan yang sudah menjadi tradisi itu, memutarbalikkan tujuan dan isinya, serta secara keliru mengaitkan kegiatan tersebut dengan operasi militer khusus Rusia di Ukraina.
Diplomat itu menyebut apa yang disebut sebagai aksi protes Jepang itu "tidak berdasar dan absurd."
Zakharova menekankan bahwa pemerintah Jepang mempercepat pembentukan kerja sama militer-politik dengan Amerika Serikat (AS) dan pihak luar nonregional dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), dan menggelar latihan militer gabungan dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di dekat perbatasan Rusia.
Jepang berniat menjalin hubungan dengan kemitraan keamanan trilateral Australia-Inggris-AS (AUKUS), mempelajari prospek untuk menggunakan rudal jarak dekat dan menengah AS di wilayahnya, serta mengambil langkah-langkah provokatif lainnya yang memunculkan tantangan serius dan potensi ancaman bagi keamanan Rusia di Timur Jauh, imbuhnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022