• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia ditutup jatuh tertekan kekhawatiran pengetatan bank sentral

Saham Asia ditutup jatuh tertekan kekhawatiran pengetatan bank sentral

26 Mei 2022 16:37 WIB
Saham Asia ditutup jatuh tertekan kekhawatiran pengetatan bank sentral
Ilustrasi - Seorang pria yang mengenakan masker pelindung, melintas di papan elektronik yang menampilkan indeks Shanghai Composite, indeks Nikkei dan Dow Jones Industrial Average di Tokyo, Jepang. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoona/aa.
Pasar saham Asia tergelincir pada Kamis sore, saat berlanjutnya kekhawatiran pertumbuhan di China dan kekhawatiran tentang niat Federal Reserve untuk memperketat kebijakan dengan cepat, dikonfirmasi dalam risalah pertemuan penetapan suku bunga awal Mei yang dirilis semalam.

Sementara Wall Street ditutup lebih tinggi setelah risalah, yang menunjukkan mayoritas pembuat kebijakan Fed mendukung kenaikan suku bunga setengah persentase poin pada Juni dan Juli bersama dengan pandangan bulat bahwa ekonomi kuat, saham-saham di Asia melemah.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang merosot 0,6 persen, membuat kerugian untuk bulan ini menjadi 5,0 persen.

Saham Australia berakhir turun 0,47 persen, sedangkan indeks saham Nikkei Jepang ditutup turun 0,27 persen. Pada awal perdagangan Eropa, indeks Euro Stoxx 50 berjangka turun 0,14 persen, seperti halnya indeks DAX berjangka Jerman.

"Sangat sulit bagi investor untuk menavigasi pasar saat ini dengan inflasi yang tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, kenaikan suku bunga dan kekhawatiran tentang kesulitan China (COVID-19), tetapi juga stagflasi menjulang sebagai masalah potensial pada saat yang sama," kata Ryan Felsman, ekonom senior di fund manager CommSec.

Penurunan di Asia kontras dengan suasana yang lebih optimis di Wall Street, di mana indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,6 persen, indeks S&P 500 naik 0,95 persen dan Komposit Nasdaq bertambah 1,51 persen.

Semua peserta pada pertemuan Fed 3-4 Mei mendukung kenaikan suku bunga setengah poin - yang pertama dari ukuran itu dalam lebih dari 20 tahun - dan "sebagian besar peserta" menilai bahwa kenaikan lebih lanjut sebesar itu "kemungkinan tepat" di pertemuan kebijakan Fed pada Juni dan Juli, menurut risalah dari pertemuan tersebut

Sementara beberapa investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga yang terlalu agresif oleh Fed dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi, risalah Rabu (25/5/2022) tampaknya memberi kesan Fed akan menghentikan pengetatan beruntun untuk menilai dampak pada pertumbuhan.

Perhatian langsung adalah pada rilis Departemen Perdagangan Kamis waktu setempat untuk data kedua dari PDB kuartal pertama, yang para analis perkirakan akan menunjukkan kontraksi sedikit lebih dangkal daripada penurunan tahunan kuartalan 1,4 persen yang semula dilaporkan.

"The Fed akan menyilangkan jari mereka agar PDB kuartal pertama direvisi naik hari ini, karena angka lain -1,4 persen atau lebih buruk dapat memperburuk kekhawatiran stagflasi," tulis Matt Simpson, analis pasar senior di broker City Index.

Di tempat lain di Asia, bank sentral Korea Selatan menaikkan suku bunga untuk pertemuan kedua berturut-turut karena bergulat dengan inflasi konsumen di tertinggi 13 tahun.

Saham-saham unggulan China pada awalnya jatuh, tetapi pulih seiring berjalannya hari setelah penurunan kasus COVID-19 harian di negara itu, di mana penguncian yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus mengancam akan merusak langkah-langkah dukungan ekonomi baru-baru ini.

Pasar daratan juga tampaknya mencari bantuan dalam komentar dari Perdana Menteri Li Keqiang pada Rabu (25/5/2022) bahwa China akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang wajar pada kuartal kedua dan membendung meningkatnya pengangguran.

Setelah naik pada Rabu (25/5/2022) menyusul risalah Fed, dolar sedikit berubah di perdagangan Asia. Dolar hampir tidak berubah terhadap yen di 127,30, sementara euro hampir datar di 1,0675 dolar.

Indeks dolar, yang melacak greenback terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya hanya 0,13 persen lebih tinggi pada 102,20.

Pergerakan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS juga diredam. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik tipis menjadi 2,781 persen dan imbal hasil dua tahun yang sensitif terhadap kebijakan suku bunga datar di 2,502 persen.

Minyak mentah stabil setelah reli hati-hati minggu ini, dengan minyak mentah Brent datar diperdagangkan di 114,03 dolar AS per barel dan minyak mentah AS naik 0,13 persen pada 110,47 dolar AS per barel.

Sementara itu, emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi diperdagangkan di 1.849,19 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia menguat, investor cemas suku bunga dan penguncian China
Baca juga: Pasar saham Asia tertahan karena ekuitas berjangka AS mundur
Baca juga: Saham Asia sebagian besar di wilayah positif abaikan penurunan Wall St

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022