"Pertama tentunya yang paling mendasar adalah kami akan terus memperbesar potensi sinergi baik LinkAja, GoTo, maupun berbagai startup yang sudah dimiliki Telkom," ujar Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah dalam konferensi pers daring di Jakarta, Jumat.
Ririek menambahkan, selain itu juga mencari peluang-peluang baru sehingga startup-startup terus tumbuh dan secara tidak langsung memperbesar tingkat atau peluang yang diperoleh dari sinergi.
"Kami akan terus tumbuh tentunya dengan bekerjasama dengan seluruh pemegang saham di startup tersebut," katanya.
Berkaitan dengan GoTo atau PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, Dirut Telkom itu berharap tetap mengharapkan ada gain atau keuntungan, namun tidak hanya itu satu-satunya. Telkom juga mengharapkan adanya sinergi terutama antara GoTo dengan Telkomsel yang diharapkan di dalamnya akan terdapat incremental revenue yang bisa dibukukan oleh Telkomsel.
"Mungkin agak berbeda dengan investor yang lain di mana mereka hanya fokus pada capital gain, sedangkan Telkom akan fokus pada keduanya yakni capital gain maupun incremental revenue yang diperoleh dari sinergi tersebut," kata Ririek.
Sebelumnya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50 persen membuat indeks seluruh saham global mengalami tekanan jual.
Investor baik itu di Indonesia maupun global berbondong-bondong melepaskan sahamnya dan beralih mengkonversi uangnya ke dolar Amerika. Saham yang banyak dilepas oleh investor saat ini adalah emiten di perusahaan teknologi.
Bahkan Softbank melalui investasinya Vision Fund mencatatkan kerugian rekor kerugian 27 miliar dolar AS atau Rp395 triliun akibat penurunan harga saham efek dari kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya pekan lalu. Sahamnya pun ditutup anjlok 11 persen jika dibandingkan harga saham bulan lalu.
Saham perusahaan teknologi di Indonesia juga mengalami nasib yang mirip dengan investasi yang dilakukan oleh Softbank. Emiten bank digital seperti Bank Jago (ARTO) dan market place seperti BukaLapak (BUKA) dan Gojek Tokopedia (GOTO) mengalami koreksi yang cukup dalam.
Meski mengalami koreksi, Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza meyakini prospek industri digital di Indonesia masih cukup menjanjikan. Dengan penetrasi masyarakat akan layanan digital yang masih rendah, membuat potensi industri digital di Indonesia berpotensi untuk terus meningkat.
Baca juga: Telkom tetap berinvestasi ke startup di tengah restrukturisasi global
Baca juga: Pengembangan data center Telkom dorong kemajuan ekonomi digital
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022