• Beranda
  • Berita
  • Studi ungkap "long COVID" lebih banyak pengaruhi lansia di AS

Studi ungkap "long COVID" lebih banyak pengaruhi lansia di AS

28 Mei 2022 20:10 WIB
Studi ungkap "long COVID" lebih banyak pengaruhi lansia di AS
Sebuah antrean warga di Amerika Serikat. (Xinhua)

Dari 13 juta veteran, hampir 3 juta di antaranya telah divaksinasi tahun lalu hingga Oktober. Sekitar 1 persen, atau hampir 34.000 orang, mengalami infeksi terobosan

Sebuah penelitian baru di Amerika Serikat (AS) tentang "long COVID" menunjukkan bahwa warga lanjut usia (lansia) menghadapi risiko yang lebih tinggi terhadap efek jangka panjang tersebut.

Sekitar sepertiga dari mereka yang pernah mengalami infeksi terobosan menunjukkan gejala "long COVID", menurut penelitian tentang para veteran yang diterbitkan pada Rabu (25/5) di jurnal Nature Medicine, seperti dilansir Xinhua, Sabtu. 

Hasil penelitian itu juga menunjukkan kondisi tersebut dapat terjadi bahkan setelah infeksi terobosan (breakthrough infection) pada orang yang telah divaksinasi.

Studi tersebut meninjau catatan medis sebagian besar veteran pria kulit putih berusia rata-rata 60 tahun.

Dari 13 juta veteran, hampir 3 juta di antaranya telah divaksinasi tahun lalu hingga Oktober. Sekitar 1 persen, atau hampir 34.000 orang, mengalami infeksi terobosan.

Studi lainnya dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS menemukan bahwa sekitar satu dari lima orang dewasa berusia 18 tahun ke atas di AS memiliki kondisi kesehatan yang mungkin terkait dengan penyakit COVID-19 mereka sebelumnya, dibandingkan dengan satu dari lima orang dewasa yang lebih muda.

Long COVID mengacu pada gejala yang tetap muncul atau disfungsi organ pasca-COVID-19 akut, yang termasuk tanda-tanda dan gejala kardiovaskular, paru-paru, hematologi, ginjal, endokrin, pencernaan, muskuloskeletal, saraf, serta psikiatri, menurut CDC AS.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022