"Guguran lava teramati sebanyak 101 kali ke arah barat daya dominan ke Sungai Bebeng, dengan jarak luncur maksimal 1.800 meter," kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Sabtu.
Ia menyebutkan berdasarkan pengamatan, mulai 27 Mei - 2 Juni 2022, gunung api aktif itu juga terpantau satu kali mengeluarkan awan panas guguran ke arah barat daya atau hulu Sungai Bebeng, dengan jarak luncur 1.500 meter.
Sementara itu, berdasarkan analisis morfologi dari Stasiun Kamera Deles5, Tunggularum, dan Babadan2 tidak teramati perubahan ketinggian, baik kubah barat daya maupun kubah tengah.
"Berdasarkan analisis foto volume kubah lava barat daya terhitung sebesar 1.551.000 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.582.000 meter kubik," kata dia.
Intensitas kegempaan Merapi selama sepekan terakhir, menurut dia, masih cukup tinggi.
Deformasi Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan EDM juga masih menunjukkan laju pemendekan jarak 0,4 cm per hari.
Pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 53 mm per jam selama 125 menit di Pos Kaliurang pada 31 Mei 2022.
"Tidak dilaporkan terjadi banjir lahar dingin maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu Gunung Merapi," ujar Agus.
Hingga kini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga.
Guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area dalam sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong (sejauh maksimal lima km) serta Sungai Bedog, Krasak, Bebeng (sejauh maksimal tujuh km).
Selain itu, guguran lava dan awan panas dari Gunung Merapi bisa berdampak ke area di sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro (sejauh maksimal tiga km) dan Sungai Gendol (sejauh lima km).
Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, maka lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022