"MAA yang berada di berbagai provinsi di Indonesia diharapkan mampu meneruskan kebesaran adat Aceh yang telah diwariskan para leluhur kepada generasi muda sekaligus menjadi duta di perantauan," katanya saat pengukuhan pengurus MAA Perwakilan Sumatera Barat, di Padang, Senin.
Menurut Nova, adat merupakan khasanah tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Bahkan, adat sudah menjadi bagian dari kebijakan Pemerintah Aceh, dengan keberadaannya mendapat perhatian serius, yang tertuang dalam “Visi Misi Aceh Hebat”.
“Sebagaimana kita tahu, ‘Aceh Hebat’ menjadi prioritas dalam menjalankan pemerintahan pada periode 2017-2022,” kata Nova.
Baca juga: Peusijuek, tradisi Aceh damaikan tikai kecil di masyarakat
Ia menjelaskan, "Aceh Hebat" atau "Aceh Meuadab" adalah salah satu program unggulan Pemerintah Aceh yang merupakan ikhtiar untuk mengembalikan identitas keacehan, melalui implementasi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai islami tersebut harus berlaku di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan seni budaya.
Ia mengatakan seiring berkembangnya zaman, adat Aceh memerlukan bentuk-bentuk adaptasi sekaligus pertahanan terhadap perkembangan teknologi dan dinamika masyarakat post modern.
“Seiring dengan semakin masifnya penggunaan internet dan media sosial, adat Aceh memerlukan penyebaran informasi melalui penulisan atau naskah tertulis yang dapat dibaca oleh generasi sekarang dan masa datang, karena tidak efektif lagi dituturkan hanya melalui pesan verbal,” katanya.
Selain itu, Nova berharap kepada para tetua Adat Aceh di Sumatera Barat untuk memberi solusi secara patut guna mengatasi berbagai persoalan yang kemudian muncul, terutama di lingkungan perantau Aceh.
“Tentu saja hal ini perlu dilakukan bersama-sama dengan para pemerhati dan pemangku kepentingan, termasuk para ulama, akademisi, para cendekiawan, dan juga Pemerintah Aceh serta para tokoh dan cerdik-cendekia yang ada di Sumatera Barat,” ujarnya.
Baca juga: Perkara tindak pidana ringan di Aceh bisa diselesaikan secara adat
Sementara itu, Wali Nanggroe Aceh Paduka Yang Mulia (PYM) Malik Mahmud Al Haytar mengatakan kehadiran MAA Perwakilan Sumatera Barat diharapkan mampu bertindak sesuai dengan misi lembaga untuk membangun masyarakat Aceh yang beradab, berbudaya berlandaskan dinul Islam.
“Tentunya bukan hanya buat masyarakat Aceh yang tinggal di Aceh, tapi juga bagi diaspora Aceh yang tinggal di seluruh Nusantara, bahkan diberbagai belahan dunia,” katanya.
Untuk itu, ia berharap para perantau dapat meninggikan adat dan budaya Aceh yang berlandaskan dinul Islam tanpa menyampingkan adat istiadat di masing-masing tempat di mana pun berada. “Kehadiran MAA Perwakilan Sumatera Barat tentunya sangat membantu cita-cita tersebut,” katanya.
Wakil Gubernur Sumatera Barat Audy Joinaldy mengatakan pihaknya sangat terbuka dengan keberadaan masyarakat Aceh di Sumatera Barat yang diperkirakan saat ini sekitar lebih 10 ribu jiwa.
“Kami sangat terbuka bagi siapapun yang tinggal di sini untuk mencari rezeki, kami sangat senang dengan masyarakat Aceh,” kata Wagub Sumbar.
Baca juga: Puluhan Komunitas Adat Terpencil di Aceh Jaya terima bantuan Kemensos
Apalagi, Aceh dengan Sumatera Barat, dari segi kebudayaan, makanan, hingga dalam segi hal agama dinilai sangat menyerupai. “Pandangan terhadap budaya dan agama kita bilang serupa,” katanya.
Ketua MAA terpilih Sulaiman Juned mengatakan bahwa dengan dilantiknya kepengurusan MAA Perwakilan Sumatera Barat, niat baik untuk menjaga dan merawat potensi kekayaan struktur adat istiadat dan budaya Aceh dapat hidup dan lestari di Tanah Minang ini.
“Mari kita niatkan dengan tulus ikhlas sebagai masyarakat Aceh, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Juga memiliki niat dengan tulus ikhlas bersama-sama merawat adat istiadat dan budaya Aceh,” katanya.
Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022