2.700 hektare sawah di Kalsel terendam banjir

12 Januari 2012 23:34 WIB
Banjarmasin (ANTARA News) - Sebanyak 2.700 hektare lahan sawah di Kalimantan Selatan terendam banjir akibat hujan yang mengguyur sebagian besar wilayah ini sejak beberapa hari terakhir.

Kepala Dinas Pertanian Kalimantan Selatan (Kalsel) Sriyono di Banjarmasin, Kamis, mengatakan dari lahan yang terendam tersebut sebanyak 58 hektare telah mengalami puso atau rusak.

Sedangkan sisanya belum bisa dipastikan karena hingga kini sebagian besar masih terendam banjir akibat curah hujan tinggi yang belum juga mereda.

"Kita berharap tanaman padi yang rusak tidak akan bertambah lagi, sehingga tidak akan terlalu berpengaruh terhadap ketahanan pangan Kalsel," katanya.

Daerah-daerah yang tanaman padinya puso antara lain di Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut dan Kotabaru.

Tanaman padi yang berumur 50 hari dengan masa tanam mulai Desember 2011 hingga Januari 2012 tersebut tidak tahan terhadap air yang menggenangi lahan dalam waktu lebih dari satu minggu.

Kendati lahan yang terendam cukup luas, Sriyono optimistis hal tersebut tidak akan mengganggu ketahanan pangan Kalsel maupun target produksi padi Kalsel.

Menurut dia, pada 2011 lahan sawah yang terendam jauh lebih luas yaitu 8 ribu hektare dan padi yang puso mencapai 900 hektare.

"Jadi bila dibandingkan dengan jumlah padi yang puso saat ini masih jauh lebih kecil dibanding 2011," katanya.

Pada 2011, kata Sriyono, produksi padi Kalsel mencapai 2 juta ton lebih jauh lebih besar dibandingkan 2010 yang hanya sekitar 1,8 juta ton.

Sedangkan 2012, ditargetkan produksi padi Kalsel sebanyak 2.053.000 ton untuk mendukung surplus beras nasional sebesar 700 ribu ton dari Kalsel.

Menurut dia, mendukung program ketahanan pangan nasional tersebut, pihaknya telah melakukan berbagai langkah antara lain dengan memanfaatkan benih padi tahan genangan seperti Impara.

Dengan jenis padi tersebut, diharapkan produksi padi tidak akan ada gangguan berarti lagi kendati terjadi banjir atau lahan terendam dalam waktu cukup lama seperti yang terjadi pada 2010.
(T.U004/R010)


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012