• Beranda
  • Berita
  • Penyebaran subvarian baru Omicron COVID-19 di AS alami peningkatan

Penyebaran subvarian baru Omicron COVID-19 di AS alami peningkatan

8 Juni 2022 14:10 WIB
Penyebaran subvarian baru Omicron COVID-19 di AS alami peningkatan
Bukti menunjukkan bahwa subvarian baru tersebut merupakan versi Omicron yang lebih menular, yang mungkin dapat menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya sehingga bisa memicu gelombang baru, kata para pakar kesehatan.
Penyebaran dua subvarian baru Omicron sedang meningkat di Amerika Serikat (AS), menambah kekhawatiran para pakar kesehatan apakah subvarian itu dapat memicu lonjakan kasus COVID-19 pada musim panas.

Kedua subvarian tersebut, yang dikenal sebagai BA.4 dan BA.5, diperkirakan menyumbang hampir 13 persen dari total kasus baru COVID-19 di AS dalam pekan yang berakhir pada 4 Juni, seperti disampaikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS pada Selasa (7/6).

Jika dirinci, BA.4 menyumbang 5,4 persen dari jumlah kasus baru, sementara BA.5 menyumbang 7,6 persen, menurut perkiraan CDC.

Kedua subvarian itu menyumbang persentase kasus tertinggi di kawasan yang mencakup Texas, New Mexico, Oklahoma, Arkansas dan Louisiana, menurut CDC AS.

Subvarian lainnya, BA.2.12.1, yang masih menjadi varian dominan di negara tersebut, menyumbang 62,2 persen dari total kasus baru di AS dalam sepekan terakhir setelah berbulan-bulan terus mengalami peningkatan.

Subvarian BA.4 dan BA.5 ditambahkan ke dalam daftar pemantauan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Maret lalu dan digolongkan sebagai variant of concern (VOC) oleh CDC Eropa.

Data CDC menunjukkan bahwa kedua subvarian itu dilaporkan di seluruh kawasan AS.

Bukti menunjukkan bahwa subvarian baru tersebut merupakan versi Omicron yang lebih menular, yang mungkin dapat menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya sehingga bisa memicu gelombang baru, kata para pakar kesehatan.
 
   "BA.4 dan BA.5 mungkin akan menjadi garis keturunan Omicron yang dominan dalam beberapa pekan atau bulan mendatang," ujar Nathan Grubaugh, lektor kepala bidang epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Yale


Saat ini, AS melaporkan rata-rata sekitar 108.000 kasus COVID-19 dan 300 kematian setiap harinya, menurut data terbaru CDC.

Para pakar kesehatan yakin bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih tinggi karena peningkatan hasil pengujian di rumah belum dilacak.

Beberapa pakar epidemiologi memperingatkan bahwa lonjakan kasus dapat menyebabkan orang dengan gangguan kesehatan berada dalam risiko dan juga dapat mengakibatkan banyak orang yang terpapar memiliki masalah kesehatan jangka panjang. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022