Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), mencatat selama sebulan sebanyak 15 ekor anak sapi mati terdampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang masih merebak di daerah setempat.Anak sapi itu mati karena kurang mengkonsumsi susu dari induknya yang terkena PMK
"Anak sapi itu mati karena kurang mengkonsumsi susu dari induknya yang terkena PMK. Jadi bukan mati terkena PMK," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Tengah Lalu Taufikurahman di Praya, Rabu.
Sedangkan untuk ternak sapi yang terkena wabah PMK sampai saat ini tidak ada yang mati, namun ada yang dipotong paksa oleh para peternak sendiri. Kasus PMK di Lombok Tengah saat ini masuk gelombang kedua, karena kasusnya terus meningkat mencapai 4.800 ekor, namun telah sembuh sebanyak 2.456 ekor.
"Tinggal 49 persen yang masih sakit dan sedang dalam proses pengobatan," katanya.
Baca juga: Dalam sebulan kasus kuku mulut di Lombok Tengah capai 2.984 ekor
Ia mengatakan kondisi obat untuk mencegah wabah PMK masih langka, sehingga pihaknya melakukan pengobatan dengan herbal seperti dari gula merah, kunyit, dan daun kelor, untuk diberikan kepada ternak yang sakit.
Ia juga berharap kepada masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan PMK bagi ternak sapi yang terjangkit dan menyemprotkan disinfektan untuk sterilisasi kandang ternak.
"Obat herbal juga cukup membantu dalam penyembuhan ternak sapi yang terkena wabah PMK," katanya.
Sebelumnya pemerintah daerah telah melakukan perpanjangan penutupan pasar hewan hingga tanggal 20 Juni 2022 dalam rangka mencegah penyebaran penyakit PMK.
"Awal bulan ini pasar hewan itu akan kita buka, namun kondisi kasus terus meningkat, sehingga masih ditutup sementara," katanya.
Baca juga: Kementan: Peternak Lombok Tengah jangan panik dengan wabah PMK
Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022