• Beranda
  • Berita
  • Perusahaan China berupaya dorong peningkatan industri nikel Indonesia

Perusahaan China berupaya dorong peningkatan industri nikel Indonesia

8 Juni 2022 22:13 WIB
Perusahaan China berupaya dorong peningkatan industri nikel Indonesia
Foto yang diabadikan dengan drone pada 19 Mei 2022 ini menunjukkan Basis Kendari di VDNI yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara. (Xinhua/Xu Qin)

"Dulu saya tinggal di kios-kios, sekarang sudah membangun rumah yang layak untuk keluarga kecil saya," ujar Ruli, yang kini menjabat sebagai Deputi Kepala Divisi Produksi di Kendari. "Sekarang saya sudah punya mobil dan motor baru."

Selain itu, perusahaan tempat Ruli bekerja mengirimnya ke China untuk mengikuti pelatihan dan belajar teknik smelter logam yang canggih dan menguasai sedikit bahasa Mandarin.

Kemajuan Ruli merupakan epitome dari lebih dari 30 ribu staf Indonesia yang kini bekerja di VDNI. Investasi oleh perusahaan feronikel terkemuka asal China menghadirkan keuntungan nyata bagi Indonesia, baik dari sisi menawarkan lapangan kerja maupun mendidik tenaga kerja hingga mendorong perkembangan ekonomi setempat.

Menurut Manajer Umum di VDNI, Zhou Yuan, Jiangsu Delong Nickle Industry Co.,Ltd dan China First Heavy Industries Co.,Ltd. bekerja sama dan menginvestasikan dana sebesar 6 miliar yuan (1 yuan = Rp2.167) untuk membangun proyek smelter feronikel dengan kapasitas produksi 600.000 ton per tahun yang sudah mulai beroperasi pada tahun 2017.

Setelah itu, Delong bekerja sama dengan XIAMEN XIANGYU GROUP Co.,Ltd untuk menanam modal sebesar 14 miliar yuan guna membangun proyek smelter terpadu feronikel dan baja tahan karat dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 2,5 juta ton dan mulai beroperasi pada 2020. Kedua proyek tersebut sama-sama berada di kawasan industri VDNI.

Zhou menambahkan bahwa perusahaan-perusahaan yang masuk VDNI sudah tercantum dalam daftar proyek utama pembangunan bersama Sabuk dan Jalur Sutra oleh China-Indonesia dan Daftar Proyek Strategis Nasional Indonesia.

Pelabuhan Kendari, berjarak 12 km dari kawasan industri tersebut dan secara spesifik dimanfaatkan oleh VDNI, kapasitas pengelolaan tahunannya melebihi 50 juta ton. Tampak puluhan kapal dengan berbagai ukuran berlabuh di dekat dermaga untuk melakukan proses bongkar-muat.

Derek-derek besar sedang memuat hasil produksi dari kawasan industri VDNI yang meliputi feronikel dan billet baja tahan karat ke feri-feri untuk nantinya diangkut ke luar negeri dan diolah menjadi berbagai jenis produk jadi.

Pada tahun 2021 saja, VDNI membayar pajak lebih dari Rp6,5 trilliun kepada otoritas perpajakan Indonesia.

Sejauh ini, lebih dari 80 persen staf di kawasan industri ini adalah staf lokal dari Indonesia. Guna meningkatkan tingkat kemampuan para pekerja lokal dan mendidik tenaga kerja berkemampuan terampil yang dibutuhkan industri feronikel, VDNI mendirikan Politeknik Virtue Dragon, sebuah lembaga pendidikan tinggi yang mendapat persetujuan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia dengan membuka empat jurusan, yaitu smelter logam, ilmu mekanika, ilmu elektronika tentang pembangkit listrik termal, dan bahasa Mandarin. Lembaga tersebut mulai menerima siswa dan melakukan kegiatan pengajaran sejak Mei 2021.

"Kami belajar cara kerja untuk mengoperasikan banyak peralatan baru serta teknik mengelas yang lebih canggih. Selain itu, sekolah kami memberi kursus bahasa Mandarin secara gratis. Semoga saya dapat ikut pelatihan di China," kata Laju Malim, pekerja yang bertugas memelihara peralatan di VDNI.

Kawasan industri ini menghadirkan perubahan yang nyata untuk daerah setempat. Sejak peletakan batu pertama dari pembangunan kawasan industri, pihak VDNI membantu membangun jalan raya sepanjang 15 km dan 20 buah jembatan. Di Desa Puuruy, Kecamatan Morosi yang berdampingan dengan VDNI, sejumlah besar papan iklan berdiri di samping jalan raya beton, iklan itu untuk menarik para pekerja VDNI ke toko-toko di sekitarnya.

Mahadi, Kepala Desa Puuruy mengatakan bahwa kebanyakan penduduk di desanya mencari nafkah melalui pekerjaan yang berkaitan dengan kawasan industri itu, dan mereka bersyukur VDNI meningkatkan ekonomi setempat.

Dalam beberapa tahun terakhir, industri nikel Indonesia terus berkembang, mulai dari sekadar mengekspor bahan mentah tambang nikel dan tidak memiliki kemampuan untuk memproduksi dan mengolah dengan cara industrialisasi, hingga kini menjadi negara utama di bidang produksi feronikel dan baja tahan karat.

Kesuksesan ini tidak terlepas dari proyek-proyek investasi skala besar termasuk investasi oleh perusahaan China. Perusahaan-perusahaan seperti Delong berhasil membantu Indonesia untuk terlibat dalam rantai pasokan baja tahan karat dan energi baru global secara signifikan, dengan memanfaatkan sumber daya alam yang kaya akan tambang nikel di Indonesia.

Pada saat kunjungan ke Kawasan Industri VDNI akhir 2021, Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa terima kasih kepada perusahaan China yang berinvestasi dan mendirikan pabrik smelter feronikel di Indonesia. Saat menghadiri upacara peresmian proyek Morowali dalam kunjungan tersebut, Presiden menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan China menciptakan lapangan kerja bagi puluhan ribu warga Indonesia, secara signifikan meningkatkan nilai tambahan produk Indonesia, dan juga memberi kontribusi sangat besar pada pemasukan pajak dan pendapatan devisa bagi Indonesia.

Zhou Yuan mengatakan, "output feronikel dan baja tahan karat di kawasan industri VDNI diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun ini, dengan rancangan mengenai industri baterai untuk mobil energi baru juga telah disusun. Potensi kerja sama lebih lanjut China-Indonesia di bidang pengolahan nikel masih sangat besar, tambah Zhou. 

 




Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022