• Beranda
  • Berita
  • "Sang Surya" embrio mobil nasional dari Borobudur

"Sang Surya" embrio mobil nasional dari Borobudur

16 Januari 2012 23:58 WIB
"Sang Surya" embrio mobil nasional dari Borobudur
Magelang (ANTARA News) - Mobil warna putih belum bernomor polisi yang dikemudikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Din Syamsudin itu melaju pelan meninggalkan kompleks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 2 Borobudur menuju jalan raya.

Sejumlah mobil baru lain, seperti mini truk, ambulan, dan mobil usaha mengikuti di belakangnya menyusuri jalan raya di wilayah kota Kecamatan Borobudur dan Mungkid.

Arak-arakan mobil baru berbagai jenis tersebut berlangsung saat peluncuran dan "test drive" mobil Esemka Sang Surya karya para siswa SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Melihat penampilan sejumlah kendaraan tersebut orang tidak mengira kalau mobil itu hasil karya anak bangsa dari sebuah SMK karena menyerupai mobil impor.

Meskipun belum 100 persen menggunakan bahan baku dalam negeri, ke depan mobil hasil inovasi dan kreatifitas para siswa tersebut diharapkan menjadi embrio mobil nasional.

Kepala SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno, mengatakan, pada peluncuran mobil Esemka Sang Surya ini dipamerkan delapan mobil hasil karya para siswa, antara lain mobil ambulan, mobil usaha, SUV Esemka, doble kabin, dan mini truk.

Ia mengatakan, dari sejumlah mobil tersebut ada yang berupa karya karoseri, mengubah bentuk, tetapi ada yang membuat dari komponen bodi termasuk pembuatan casis.

"Pembuatan mini truk 90 persen dari bahan lokal, termasuk untuk casis kami membuat sendiri secara manual dengan pendampingan dari Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)," katanya.

Ia mengatakan, pembuatan mini truk dari nol yang sebelumnya telah dilakukan riset dari UMS.

Yitno mengatakan, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur merupakan salah satu dari 32 SMK di Tanah Air yang dipercaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mulai membuat mobil nasional (mobnas).

"Program mobnas ini sebagai proses pembelajaran siswa untuk perakitan, pembuatan komponen, dan membuat mobil," katanya.

Ia mengatakan, sejak 2008 SMK Muhammadiyah 2 Borobudur telah membantu masyarakat dalam karoseri, antara lain membuat karoseri bus Kampus UMS.

"Saat ini kami sedang menyelesaikan bus panggung, yang baru pertama dan satu-satunya bus panggung di Indonesia pesanan dari tiga sekolah seni, yakni Yogyakarta, Bandung, dan surakarta," katanya.

Bupati Magelang Singgih Sanyoto mengatakan, proses pembelajaran yang berlangsung di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, yang menggabungkan antara kegiatan teori di kelas dengan praktik langsung di bengkel akan memberi bekal yang cukup bagi lulusan SMK untuk bersaing di dunia kerja yang membutuhkan kompetensi yang tinggi.

Sebagaimana diketahui SMK Muhammadiyah Borobudur merupakan salah satu dari sejumlah SMK di seluruh Indonesia yang mendapatkan kepercayaan dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2009 untuk membuat rintisan prototype Mobil Nasional.

Hal ini tentu menjadi kebanggaan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Magelang dan merupakan peluang yang harus ditangkap dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, mengingat Kabupaten Magelang merupakan salah satu sentra industri karoseri dan asembling yang cukup dikenal di Indonesia.

Ia menyebutkan, di Kabupaten Magelang terdapat 34 SMK dengan 14 SMK di antaranya membuka jurusan otomotif.

Keberadaan sekolah-sekolah tersebut saat ini didukung oleh industri otomotif, khususnya karoseri dan asembling yang cukup besar di Kabupaten Magelang.

Hingga saat ini tercatat ada 15 perusahaan karoseri dan 41 perusahaan bengkel body repair, dengan skala kecil, menengah hingga skala besar, yang tentunya menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit.

Salah satu industri karoseri terbesar di Magelang, bahkan di Indonesia, adalah PT Mekar Armada Jaya (New Armada), yang saat ini menempati areal pabrik seluas 25 hektare dan melayani pesanan dari berbagai perusahaan otobus dari berbagai kota di seluruh Indonesia, serta menampung tenaga kerja hingga lebih dari empat ribu karyawan.

Dalam perkembangannya PT Mekar Armada Jaya telah berjasa melahirkan tenaga-tenaga terampil dalam bidang karoseri, yang untuk selanjutnya mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai karyawan, untuk membuka usaha secara mandiri dengan mendirikan perusahaan sejenis, sehingga membuka pasar kerja yang lebih luas di bidang industri karoseri di Kabupaten Magelang.

"Meskipun prospek industri karoseri di Kabupaten Magelang saat ini amat besar, namun kami menghadapi kendala yang cukup berat yang perlu menjadi perhatian bersama, antara lain sebagian besar industri karoseri yang ada, proses produksinya masih bersifat manual dengan menggunakan peralatan seadanya," katanya.

Hal ini akan berdampak cukup luas di masa yang akan datang, mengingat persaingan industri karoseri di Indonesia saat ini cukup ketat, sehingga industri karoseri yang ada dituntut untuk dapat mengimplementasikan penggunaan komponen standar nasional Indonesia (SNI).

"Mudah-mudahan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur yang mendapat kepercayaan dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk membuat rintisan prototype Mobil Nasional, menjadi pintu masuk bagi sekolah yang lain untuk berlomba-lomba berkreasi dan berinovasi sesuai dengan keunggulannya masing-masing," katanya.

Selain itu, menjadi pendorong bagi perkembangan industri otomotif di Kabupaten Magelang, yang akan memberikan multiplier effect pada sektor-sektor yang lain dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


Kebanjiran Order

Din Syamsudin mengatakan, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur telah menunjukkan prestasinya dengan membuat mobil.

Ke depan, katanya, melihat prestasi anak bangsa ini PP Muhammadiyah mewacanakan mengadakan program mobil nasional Muhammadiyah.

Din Syamsudin saat menyampaikan sambutan sekaligus memasarkan produk mobil Esemka Sang Surya kepada para rektor universitas Muhammadiyah dan kepala rumah sakit Muhammadiyah.

Pada peluncuran mobil tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur mendapat pesanan puluhan mobil dari para rektor dan kepala rumah sakit Muhammadiyah, antara lain Universitas Muhammadiyah Yogyakarta memesan 10 unit mobil, Universitas Purworejo memesan 10 unit mobil, Universitas Muhammadiyah Jember memesan lima unit mobil, STIE Ahmad Dahlan memesan tiga unit mobil, PKU Surakarta dan PKU Yogyakarta masing-masing memesan satu unit mobil ambulan.

Sampai akhirnya tercatat sejumlah 89 unit kendaraan yang telah dipesan perwakilan institusi yang hadir, termasuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah memesan sekitar 24 unit kendaraan. Untuk mobil operasional Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din khusus memesan mobil Esemka Sang Surya bertipe SUV warna hitam dengan harga Rp196,2 juta.

Din Syamsudin berharap suatu saat ada mobil nasional Muhammadiyah yang lahir dari embrio seperti SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, tentu saja dibantu oleh investor yang mau menanamkan modal untuk mempersiapkan indutri yang sesungguhnya.

Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang datang ke SMK Muhammadiyah 2 Borobudur sehari setelah peluncuran mobil Esemka Sang Surya tersebut juga langsung tertarik dengan mobil SUV warna hitam yang telah dibeli oleh Din Syamsudin.

Namun, Meneg BUMN ini berani menawar dengan harga lebih tinggi, yakni Rp250 juta. Kepala SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno yang mendampinginya langsung menyetujui permintaan tersebut.

Dalam kunjungan tersebut, Dahlan begitu bersemangat saat melihat ruang produksi dan bengkel SMK Muhammadiyah 2 Borobudur yang sedang melakukan pengerjaan pemesanan bus panggung.

"Pembuatan mobil ini sebagai sarana pendidikan dan pembelajaran. Jangan diemosionalkan produk dan sebuah industri, nanti tidak proporsional. Sebenarnya anak-anak SMK sangat terampil. Namun, mobil nasional jangan terlebih dahulu dijadikan nilai komersil. Nanti kalau sudah sangat terampil baru dipersilakan," katanya.

Menurut dia, struktur masyarakat Indonesia perlu diubah. Sekarang ini, persentase yang bergerak di bidang teknik terlalu rendah. Padahal di negara-negara maju struktur masyarakatnya persentase yang bergerak di bidang teknik bisa sampai 25 persen, sedangkan di Indonesia baru sekitar 12 hingga 15 persen.

Ia mengatakan, langkah pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengembangkan program seperti ini mampu membuat daya tarik dan keterampilan bidang teknik yang luar biasa bagi masyarakat. (*)

Oleh Heru Suyitno
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012