Pernyataan tersebut disampaikan Ririek usai mengikuti rapat Panitia Kerja (Panja) Investasi BUMN bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta, Selasa.
“Jadi, saya dan Dirut Telkomsel memberi penjelasan meliputi garis rencana Telkom ke depan ekspansi dan sebagainya, demikian juga kita juga sampaikan proses investasi Telkomsel di GoTo yang kami yakini proses itu sudah memenuhi berbagai prinsip GCG yang berlaku,” kata Ririek.
Ririek menyambut baik anggota Panja DPR yang memberikan kesempatan kepadanya untuk menjelaskan mengenai investasi tersebut. Ia merasa forum itu bisa dijadikan tempat untuk menjawab berbagai pertanyaan yang berkembangan mengenai investasi Telkomsel di GoTo.
Ririek menegaskan bahwa investasi Telkomsel di platform tersebut juga tidak melibatkan Kementerian BUMN.
“Secara umum investasi memang diterapkan oleh Telkomsel dan tentunya di Telkomsel ada juga pemegang saham lain, Singtel yang lebih berpengalaman dan juga lebih independen. Kemudian sampai ke berbagai proses, sudah diverifikasi tim, dibawa ke rapat direksi Telkomsel, dan sampai di Komisaris Telkomsel, kemudian sampai ke pemegang saham dalam hal ini Telkom dan Singtel,” terang Ririek.
“Jadi keputusan ini tidak melibatkan Komisaris Telkom, apalagi Kementerian BUMN, itu enggak ada. Aturan undang-undang seperti itu,” imbuhnya.
Ririek menjelaskan bahwa pihaknya memperhatikan juga capital gap dan potensi sinergi value saat berinvestasi di sektor digital. Ia mengungkapkan pada investasi GoTo, Telkomsel mencatat income revenue sebesar Rp473 miliar di tahun 2021.
“Kuartal pertama tahun 2022 sudah ada sekitar Rp153 miliar. Artinya, kalau dikalikan empat saja itu sudah sekitar Rp600 miliar lebih, sudah ada pertumbuhan sekitar 25 persen dibanding income revenue di tahun 2021,” terang Ririek.
Ririek memastikan pencapaian tersebut menunjukkan tidak benar kalau investasi di GoTo membuat rugi. Ia menyebut kemarin harga saham GoTo Rp368 per lembar. Apabila dibandingkan ketika Telkomsel investasi ada pada angka Rp270 per lembar, sehingga dananya justru menjadi Rp 2,8 triliun.
Ririek mengungkapkan pihaknya juga memberikan interim report kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga bisa diketahui perkembangan perusahaan.
Ririek menjelaskan dalam laporan khususnya terkait investasi GoTo juga dimasukkan unrealized loss. Meski begitu, ia memastikan saat ini masih untung.
“Ada investor yang masuk setelah kita yang belum akhir tahun. Itu harga saham per lembar Rp375, sehingga tahun 2021 kita mencatat fund release dari Rp270 menjadi Rp375 atau setara dengan hampir Rp2,5 triliun,” ungkap Ririek.
“Ketika IPO harga saham GoTo kan Rp338, artinya lebih rendah dari Rp375, karena itu di 2021 kita di interim report kita mencatat unrealized loss Rp821 miliar. Sebenarnya Rp338 pun kalau dibandingkan Rp270 itu masih untung,” pungkasnya.
Baca juga: DPR nilai aksi korporasi Telkom dan Telkomsel tak melanggar hukum
Baca juga: Analis: Tujuan utama investasi Telkom di GoTo untuk menunjang bisnis
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022