DPRD Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, akan mengusulkan dana tidak terduga untuk pemberian bantuan obat-obatan kepada peternak Mataram yang ternaknya terpapar virus penyakit mulut dan kuku (PMK).kita butuhkan sekarang bagaimana kecepatan menangani dan mengobati sapi yang sakit
"Untuk bantuan obat-obatan, segera kita bicarakan dengan Pak Wali Kota Mataram apakah dana penanggulangan darurat bisa digunakan atau tidak. Jika tidak, akan kita usulkan dana tidak terduga," kata Ketua DPRD Kota Mataram H Didi Sumardi, SH di Mataram, Rabu.
Pernyataan itu disampaikan Didi saat ditemui di sela memantau kondisi Rumah Potong Hewan (RPH) Majeluk Kota Mataram, untuk memastikan prosedur pemotongan ternak di tengah wabah virus PMK.
Menurutnya, obat-obatan saat ini menjadi kebutuhan mendesak untuk pemulihan sapi-sapi peternak Mataram yang terserang PMK. Data dari Dinas Pertanian (Distan) mencatat per Selasa (14/6) jumlah kasus PMK sebanyak 436 ekor sapi.
Baca juga: Dalam sebulan kasus kuku mulut di Lombok Tengah capai 2.984 ekor
Baca juga: Polisi di NTB pantau aktivitas pengiriman ternak cegah wabah PMK
Dari jumlah itu sebanyak 151 sapi dinyatakan sembuh, tiga ekor dipotong paksa dan sisanya masih dalam proses penyembuhan sekitar 10 hari.
"Karena itu, yang kita butuhkan sekarang bagaimana kecepatan menangani dan mengobati sapi yang sakit dengan memberikan obat, vitamin, dan menjaga agar lingkungan peternak aman dan steril," katanya.
Sementara menyinggung tentang kondisi RPH Majeluk, Didi, menilai berdasarkan hasil penjelasan dari Distan, prosedur pemotongan sudah cukup baik karena mengikuti SOP, imbauan, dan penerapan serta pengawasan yang ketat.
Sistem pemotongan ternak di RPH sudah terbangun dengan baik, dari kedatangan ternak, pemeriksaan kesehatan, dan pemisahan ternak sapi yang sehat dan terindikasi sakit.
"Di sini (RPH), sapi yang sehat dan terindikasi sakit dipisah termasuk tempat pemotongannya agar tidak tercampur," kata politisi Partai Golkar ini.
Baca juga: DPRD minta Pemprov NTB tangani cepat temuan PMK ternak
Dari jumlah itu sebanyak 151 sapi dinyatakan sembuh, tiga ekor dipotong paksa dan sisanya masih dalam proses penyembuhan sekitar 10 hari.
"Karena itu, yang kita butuhkan sekarang bagaimana kecepatan menangani dan mengobati sapi yang sakit dengan memberikan obat, vitamin, dan menjaga agar lingkungan peternak aman dan steril," katanya.
Sementara menyinggung tentang kondisi RPH Majeluk, Didi, menilai berdasarkan hasil penjelasan dari Distan, prosedur pemotongan sudah cukup baik karena mengikuti SOP, imbauan, dan penerapan serta pengawasan yang ketat.
Sistem pemotongan ternak di RPH sudah terbangun dengan baik, dari kedatangan ternak, pemeriksaan kesehatan, dan pemisahan ternak sapi yang sehat dan terindikasi sakit.
"Di sini (RPH), sapi yang sehat dan terindikasi sakit dipisah termasuk tempat pemotongannya agar tidak tercampur," kata politisi Partai Golkar ini.
Baca juga: DPRD minta Pemprov NTB tangani cepat temuan PMK ternak
Pewarta: Nirkomala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022