Digitalisasi merupakan keniscayaan bagi perbankan karena bank harus bisa adaptif dengan kebutuhan masyarakat.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengimbau bank perkreditan rakyat (BPR) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) bersikap adaptif dan terus mempersiapkan diri dalam memanfaatkan transformasi digital dengan tetap memitigasi risiko yang timbul.
"Digitalisasi merupakan keniscayaan bagi perbankan karena bank harus bisa adaptif dengan kebutuhan masyarakat. Nasabah semakin menginginkan kecepatan dan kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan di tengah perkembangan teknologi informasi," kata anggota Dewan Komisioner LPS Didik Madiyono melalui keterangan pers tertulis yang diterima ANTARA di Semarang, Jawa Tengah, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa dalam menghadapi akselerasi transformasi digital khususnya di sektor perbankan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan BPR-BPRS dalam menghadapi risiko terkait keamanan data dan perlindungan konsumen yang memadai.
Baca juga: LPS: Ketahanan perbankan tetap terjaga
"Pemanfaatan teknologi serta penyediaan produk dan layanan perbankan berbasis digital sebenarnya memiliki sejumlah risiko keamanan seperti kebocoran data dan serangan siber, sehingga BPR-BPRS dituntut untuk mampu menyediakan sistem keamanan IT yang andal," ujarnya pada acara The Finance Top 100 BPR Award 2022.
Menurut dia, BPR-BPRS memiliki berbagai peluang yang bisa dieksplorasi antara lain, pertumbuhan permintaan atas BPR-BPRS yang mampu menyediakan produk dan layanan perbankan berbasis digital yang inovatif dan variatif, murah, aman, serta mudah diakses di mana saja dan kapan saja bisa menjadi peluang untuk mempercepat transformasi digitalnya.
"Semisal, Perbarindo juga bekerja sama dengan Finnet Indonesia untuk mengembangkan BPR e-cash yaitu semacam uang elektronik berbasis mobile web. Dengan ini, diharapkan BPR-BPRS bisa melayani nasabah secara digital melalui smartphone," katanya.
Contoh inisiatif yang sudah dilakukan, lanjut dia, adalah pengembangan BPR Digi yang merupakan aplikasi mobile mirip mobile banking, namun hanya bisa digunakan untuk layanan dasar seperti cek saldo dan tidak bisa transfer dana.
"Mobile banking tersebut nantinya terdiri dari pembukaan deposito online, pembukaan tabungan online, penarikan tunai di ATM tanpa kartu, pembayaran, dan pembelian," ujarnya.
Baca juga: LPS bakal panggil bank digital tak transparan dengan bunga tinggi
Hingga April 2022 dengan skema penjaminan hingga Rp2 miliar per nasabah per bank, terdapat 473.896.016 rekening bank umum atau sekitar 99,93 persen dari total rekening yang dijamin penuh oleh LPS.
Kemudian, jumlah rekening nasabah BPR-BPRS yang dijamin seluruh simpanannya per Maret 2022 adalah sebesar 99,98 persen dari total rekening atau setara dengan 14.515.423 rekening.
Didik juga mendorong BPR-BPRS untuk go public yang akan berdampak positif pada penguatan permodalan, peningkatan efisiensi dan profitabilitas, serta memperkuat pelaksanaan good corporate governance bagi BPR-BPRS.
Ia juga memberikan apresiasi kepada BPR yang masuk dalam Top 100 BPR 2022 dan BPR yang berhasil mempertahankan kinerjanya dalam Top 100 BPR versi The Finance.
"Kami tentu berharap penghargaan ini memotivasi BPR-BPRS untuk terus berinovasi dan bertransformasi agar dapat bertumbuh secara berkelanjutan serta selalu menjaga kinerja keuangannya. LPS senantiasa hadir untuk menjaga kepercayaan masyarakat pada industri perbankan, termasuk BPR-BPRS," katanya.
Pewarta: Wisnu Adhi Nugroho
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022