• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak anjlok ke terendah 4-minggu terseret kekhawatiran resesi

Harga minyak anjlok ke terendah 4-minggu terseret kekhawatiran resesi

18 Juni 2022 03:50 WIB
Harga minyak anjlok ke terendah 4-minggu terseret kekhawatiran resesi
Ilustrasi - Anjungan migas lepas pantai. ANTARA/HO-SKK Migas/aa.
Harga minyak anjlok sekitar enam persen ke level terendah empat minggu pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga oleh bank-bank sentral utama dapat memperlambat ekonomi global dan memangkas permintaan energi.

Juga menekan harga, dolar AS minggu ini naik ke level tertinggi sejak Desember 2002 terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terpangkas 6,69 dolar AS atau 5,6 persen, menjadi menetap di 113,12 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli berkurang 8,03 dolar AS atau 6,8 persen, menjadi ditutup di 109,56 dolar AS per barel.

Itu adalah penutupan terendah untuk Brent sejak 20 Mei dan terendah untuk WTI sejak 12 Mei, serta merupakan persentase penurunan harian terbesar untuk Brent sejak awal Mei dan terbesar untuk WTI sejak akhir Maret.

Untuk minggu ini, Brent turun untuk pertama kalinya dalam lima minggu, sementara WTI turun untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Tidak akan ada perdagangan AS pada Senin (20/6/2022), karena merupakan hari libur Juneteenth.

"Harga minyak mentah jatuh karena dolar menguat, Rusia mengisyaratkan ekspor minyak akan naik, dan karena meningkatnya kekhawatiran resesi global," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Para gubernur bank sentral global yang dengan cepat melonggarkan kebijakan moneter selama pandemi untuk menghindari resesi, kini mengetatkannya untuk memerangi inflasi.

Federal Reserve minggu ini menaikkan suku bunga AS paling besar dalam lebih dari seperempat abad.

"Dengan bank-bank sentral membuat langkah yang cukup substansial untuk membatasi pertumbuhan melalui kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter dikhawatirkan akan mendorong ekonomi ke dalam resesi," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat akan memangkas permintaan energi.

Dengan The Fed diperkirakan akan terus menaikkan suku bunga, minyak berjangka WTI di New York Mercantile Exchange turun pada Kamis (16/6/2022) ke level terendah sejak Mei 2016 karena investor mengurangi aset-aset berisiko.

Bensin dan solar AS juga turun lebih dari 4,0 persen di tengah kekhawatiran harga di SPBU yang tinggi akan mengurangi permintaan.

Grup mobil AAA mengatakan harga solar di SPBU mencapai rekor tertinggi 5,798 dolar AS per galon pada Jumat (17/6/2022), sementara harga bensin mencapai rekor tertinggi 5,016 dolar AS di awal pekan.

Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini menambahkan hanya empat rig minyak ketika Presiden Joe Biden mengecam produsen karena mendapat untung dari harga setinggi langit alih-alih berbuat lebih banyak untuk meningkatkan produksi.

Bahkan ketika pemerintahannya ingin Arab Saudi memproduksi lebih banyak minyak, Biden mengatakan dia tidak akan mengadakan pertemuan bilateral dengan pemimpin de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman selama perjalanannya ke wilayah itu bulan depan, dan bahwa dia hanya melihat putra mahkota Saudi sebagai bagian dari "pertemuan internasional" yang lebih luas.

Rusia, sementara itu, memperkirakan ekspor minyaknya meningkat pada 2022 meskipun ada sanksi Barat dan embargo Eropa, kata wakil menteri energi Rusia pada Jumat (17/6/2022), menurut Kantor Berita Tass.

Gejolak pasar tentu meningkat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Aliran gas Rusia ke Eropa tidak memenuhi permintaan pada Jumat (17/6/2022) karena gelombang panas awal di selatan mendorong permintaan untuk AC.
 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022