Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Cabang Lampung, Ismen Mukhtar mengatakan untuk membantu mencegah lonjakan kasus COVID-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 perlu dilakukan perbaikan sistem surveilans.Kecepatan dalam menemukan kontak erat kasus ini penting
"Pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki sistem surveilans agar lebih cepat dalam membatasi terjadinya penularan COVID-19 akibat subvarian Omicron BA.4 dan BA.5," ujar Ismen Mukhtar, saat dihubungi di Bandarlampung, Sabtu.
Ia menjelaskan, sistem surveilans tersebut meliputi pelaksanaan tes COVID-19, pelacakan kasus kontak erat, melakukan karantina bagi yang berkontak erat dan terkonfirmasi positif, serta melakukan perawatan bagi pasien.
"Kalau kita melakukan tes jangan hanya kepada pelaku perjalanan, tapi beri tes kepada orang yang memiliki gejala menjurus kesana. Dari situ kita bisa melakukan pelacakan kasus," kata dia.
Baca juga: Satgas: Vaksin masih efektif lindungi tubuh dari varian baru
Baca juga: Epidemiolog Unsoed: Antisipasi varian baru COVID-19 dengan taat prokes
Selanjutnya, pelacakan kasus pun harus dilakukan dengan lebih terperinci dan cepat dalam menemukan kontak erat dari kasus positif. Jadi pelacakan ini memiliki tujuan yang lebih besar yaitu membatasi penularan semakin meluas.
"Kecepatan dalam menemukan kontak erat kasus ini penting, sebab COVID-19 merupakan penyakit menular kalau terlambat dalam menangani penyebaran makin cepat. Ini yang masih lemah saat ini, selanjutnya setelah ditemukan kontak erat maka semua harus di karantina," ucapnya.
Menurut dia, saat pelaksanaan karantina ataupun isolasi harus dilakukan dengan cermat, jangan sampai pasien keluar dari tempat karantina sebelum dinyatakan sembuh. Selain itu perlu pula peran masyarakat untuk tidak malu melaporkan diri bila dirinya mengalami gejala serupa.
"Kalau kita bisa lakukan sistem surveilans dengan terperinci, maka akan menolong rumah sakit dan dokter agar tidak terlalu berat menangani pasien yang banyak," katanya.
Dia mengatakan, tindakan preventif yang dilakukan sejak awal dengan cepat juga akan mengurangi dampak biaya yang besar untuk perawatan pasien.
"Surveilans ini diibaratkan seperti intelijen kesehatan. Kalau ini bisa lebih kerja cepat lalu masyarakat juga mau ikut serta membantu, dampak sosial, ekonomi, bahkan anggaran yang besar untuk perawatan pasien bergejala berat akan berkurang, karena semua telah terdeteksi dan ditangani lebih awal dengan intervensi yang murah," ujar dia.
Baca juga: Menkes perkirakan puncak BA.4 dan BA.5 maksimum 25.000 kasus per hari
Baca juga: Kemenkes deteksi empat kasus BA.4 dan BA.5 di Bali
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022