Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI Kunta Wibawa Dasa Nugraha mengatakan kerja sama berbagi informasi data virus melalui konsep GISAID+ penting untuk dikembangkan melalui Forum G20 untuk meningkatkan respons otoritas kesehatan menghadapi pandemi.mekanisme varian yang akan dilaporkan lebih beragam
"Saat di awal pandemi muncul virus Corona original Wuhan. Kalau China tidak kasih tahu, Indonesia tidak tahu ada COVID-19 dan cara mengatasinya," kata Kunta Wibawa Dasa Nugraha dalam agenda The 1st Health Ministers Meeting (HMM) di Hotel Marriot Yogyakarta, Senin pagi.
Kunta mengatakan China melaporkan kemunculan virus Corona pertama di dunia melalui platform Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Laporan tersebut kemudian dianalisa oleh pakar ilmu kesehatan dari berbagai negara hingga disimpulkan varian original Wuhan itu memiliki karakteristik penularan yang cepat dan berpotensi menimbulkan gejala kesakitan. "Sejak saat itu muncul yang namanya vaksin Pfizer dan Moderna," katanya.
Baca juga: Kemenkes rekomendasikan GISAID sebagai platform berbagi data patogen
Baca juga: Satgas: Kondisi kasus COVID-19 di Indonesia masih terkendali
Situasi yang sama juga terjadi saat muncul varian Delta yang dikirim oleh otoritas terkait dari Afrika Selatan, sehingga bisa dengan cepat diatasi negara-negara di dunia.
"Juga saat muncul Omicron. Indonesia bisa dengan cepat menganalisa karakteristik virus seperti cepat menular, tapi dengan efek kesakitan yang ringan," katanya.
Kunta mengatakan kerja sama pengembangan berbagi data virus antarnegara sangat penting untuk didorong melalui Forum G20 yang saat ini diperkuat 19 negara dengan pengaruh ekonomi terbesar di dunia ditambah organisasi antarpemerintahan dan supranasional Uni Eropa.
Tujuannya, agar otoritas kesehatan di seluruh dunia bisa beraksi dengan cepat menyusun langkah mitigasi penanganan situasi maupun pasien dan industri farmasi nasional maupun internasional cepat beradaptasi pada pengembangan produk vaksin maupun obat-obatan.
Baca juga: GISAID catat 30 kasus penularan Omicron di Indonesia
Situasi yang sama juga terjadi saat muncul varian Delta yang dikirim oleh otoritas terkait dari Afrika Selatan, sehingga bisa dengan cepat diatasi negara-negara di dunia.
"Juga saat muncul Omicron. Indonesia bisa dengan cepat menganalisa karakteristik virus seperti cepat menular, tapi dengan efek kesakitan yang ringan," katanya.
Kunta mengatakan kerja sama pengembangan berbagi data virus antarnegara sangat penting untuk didorong melalui Forum G20 yang saat ini diperkuat 19 negara dengan pengaruh ekonomi terbesar di dunia ditambah organisasi antarpemerintahan dan supranasional Uni Eropa.
Tujuannya, agar otoritas kesehatan di seluruh dunia bisa beraksi dengan cepat menyusun langkah mitigasi penanganan situasi maupun pasien dan industri farmasi nasional maupun internasional cepat beradaptasi pada pengembangan produk vaksin maupun obat-obatan.
Baca juga: GISAID catat 30 kasus penularan Omicron di Indonesia
Baca juga: Dirjen WHO tiba di Yogyakarta untuk hadiri 1st HMM G20
Pada 1st HMM di Yogyakarta 20-21 Juni 2022 turut dibahas pengembangan kerja sama berbagi data virus melalui konsep GISAID+.
Pengembangan tersebut menambah varian virus yang dilaporkan pada semua jenis patogen, bakteri atau virus yang non-influenza.
"Bedanya dengan GISAID+, mekanisme varian yang akan dilaporkan lebih beragam, tidak hanya influenza, ada monkeypox dan lainnya," katanya.
GISAID+ juga diarahkan menjadi forum pengembangan ilmu pengetahuan di antara para peneliti dan institusi terkait di dunia dalam menyusun langkah mitigasi risiko pandemi di masa depan, kata Nadia menambahkan.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan konsep GISAID+ merupakan jaringan survailens global yang memungkinkan setiap negara berdiskusi ketika muncul patogen yang berpotensi memicu pandemi berikutnya teridentifikasi di manapun di dunia.
"Kami juga akan berdiskusi bagaimana jika pada pandemi berikutnya saat sebuah negara melakukan lockdown, namun kita masih dapat menggerakkan tenaga kerja dan barang," katanya.
Baca juga: Embrio arsitektur kesehatan global di forum 1st HMM
Pada 1st HMM di Yogyakarta 20-21 Juni 2022 turut dibahas pengembangan kerja sama berbagi data virus melalui konsep GISAID+.
Pengembangan tersebut menambah varian virus yang dilaporkan pada semua jenis patogen, bakteri atau virus yang non-influenza.
"Bedanya dengan GISAID+, mekanisme varian yang akan dilaporkan lebih beragam, tidak hanya influenza, ada monkeypox dan lainnya," katanya.
GISAID+ juga diarahkan menjadi forum pengembangan ilmu pengetahuan di antara para peneliti dan institusi terkait di dunia dalam menyusun langkah mitigasi risiko pandemi di masa depan, kata Nadia menambahkan.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan konsep GISAID+ merupakan jaringan survailens global yang memungkinkan setiap negara berdiskusi ketika muncul patogen yang berpotensi memicu pandemi berikutnya teridentifikasi di manapun di dunia.
"Kami juga akan berdiskusi bagaimana jika pada pandemi berikutnya saat sebuah negara melakukan lockdown, namun kita masih dapat menggerakkan tenaga kerja dan barang," katanya.
Baca juga: Embrio arsitektur kesehatan global di forum 1st HMM
Baca juga: G20 peluang perkuat komitmen One Health
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022