"Sekarang masih terbentuk awan-awan konventif. Terbentuknya awan seperti ini bisa saja berpotensi terjadi angin puting beliung wilayah Sulawesi Utara (Sulut). Tidak dapat diprediksi di mana lokasi terjadinya," kata Prakirawan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sulut, Agatha Mayasari di Manado, Minggu.
Agatha mengatakan, angin puting beliung yang bisa terjadi kapan saja biasanya bertiup sekitar lima hingga 15 menit dengan kecepatan cukup ekstrem hingga 50 kilometer per jam.
"Kewaspadaan tidak hanya perlu dilakukan warga yang tinggal di daerah pesisir. Angin dengan tiupan kencang ini bisa memiliki daya rusak yang dapat membahayakan," katanya.
Selain mengimbau tingkatkan kewaspadaan terhadap angin puting beliung, Agatha juga berharap nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan ikan dapat mewaspadai tinggi gelombang perairan.
Agatha menjelaskan, tinggi gelombang laut di perairan bagian tengah Sulawesi sekitar dua hingga tiga meter dengan kecepatan tiupan angin sekitar lima hingga 30 knot per jam..
Begitupun dengan tinggi gelombang di perairan utara Sulawesi sekitar 2,5 hingga 3,5 meter dengan kecepatan angin sekitar lima hingga 35 knot.
Di perairan sebelah timur Sulawesi ketinggian gelombang sekitar dua hingga tiga meter dengan kecepatan angin sekitar 15-25 knot.
"Tinggi gelombang seperti ini sudah harus diwaspadai nelayan yang rata-rata melaut menggunakan kapal dengan kapasitas kecil," katanya.
Sementara itu, Agatha mengatakan angin permukaan yang bertiup dari arah utara menuju timur kecepatan tiupannya diperkirakan sekitar 20 kilometer per jam.
Sedangkan angin di ketinggian 3000 kaki yang bertiup dari arah timur diperkirakan bertiup dengan kecepatan 15 hingga 30 kilometer per jam.
"Untuk kondisi cuaca di Sulut berpotensi hujan dengan intensitas ringan sampai sedang yang akan terjadi hingga malam hari," jelasnya.
(T.J009/A034)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012