"Dikarenakan banyak korban penyalahgunaan narasi agama, BNPT berupaya menjalin kemitraan dengan tokoh-tokoh agama," kata Kepala BNPT Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Kerja sama itu lebih kepada mengenalkan toleransi dalam berbangsa dan bernegara serta menjadikan Islam yang rahmatan lil alamin. Sebab, BNPT tidak ingin aksi terorisme distigmakan dengan Muslim atau ajaran Islam.
Upaya mengenalkan Islam yang moderat tersebut tidak lepas dari banyaknya penyalahgunaan narasi agama dalam terorisme. Hal itu tidak hanya menjadi permasalahan bagi Indonesia, tetapi juga negara mayoritas Muslim lainnya.
Akibatnya fenomena tersebut menciptakan stigma buruk terhadap agama Islam dan pemeluknya, jelas dia.
Baca juga: BNPT upayakan konseling untuk eks murid sekolah Khilafatul Muslimin
Baca juga: Milenial Muslim Bersatu dukung BNPT latih santri lawan radikalisme
Kepala BNPT bergelar adat Datuak Rangkayo Basa tersebut mengatakan khusus di Indonesia, lebih dari 2.000 orang telah berurusan dengan hukum karena melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Jumlah itu belum lagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berangkat ke wilayah konflik dan menjadi foreign terrorist fighter (FTF).
"Atas dasar itu, BNPT merasa perlu mempererat kerja sama dalam membumikan ajaran agama yang moderat dan damai bagi seluruh umat," ujar dia.
Sementara itu Sekretaris Jenderal Hay'at Kibar Ulama Al Azhar, Prof. Hasan Shalah Al-Shagir mengatakan institusi pendidikan di bawah Al Azhar melakukan kontra radikalisasi melalui kurikulum moderasi beragama.
Al Azhar juga melatih dan membekali khatib dengan moderasi agama khusus untuk melakukan kontra narasi yang bersifat keras dalam rangka mencegah pemikiran radikal terorisme di kalangan anak muda.
Senada dengan itu, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) cabang Indonesia Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi mendukung penuh kerja sama antara BNPT dan Al Azhar.
"Penyebaran narasi moderat yang dilakukan Al Azhar bisa diadopsi Indonesia," ujarnya.
Menurut dia, pemutusan stigma buruk yang mengaitkan kekerasan dengan agama memang tidak mudah dilakukan. Oleh karena itu, perlu kerja sama antara pemerintah dan ulama untuk meyakinkan masyarakat bahwa aksi tidak ada hubungannya dengan agama.
"Agama tidak mengajarkan kekerasan dan terorisme," jelas dia.
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2022