"Pemerintah setempat juga diharapkan segera mengambil kebijakan untuk penyediaan lahan hunian baru (tetap) bagi masyarakat yang saat ini sudah terdampak maupun yang terancam abrasi pantai," ujar Suharyanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Pada pelaksanaannya, kata Suharyanto, akan berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), sebagaimana yang telah dilakukan bagi warga terdampak Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.
Baca juga: Pemkab Minahasa Selatan bangun 120 hunian sementara pascaabrasi
“Saya akan minta bantuan ke Kementerian PUPR saja biar cepat. Mereka sudah punya prototipe seperti yang sudah dilakukan untuk warga lereng Semeru,” kata Suharyanto.
Hunian sementara tersebut berlokasi di area Perkebunan Kelurahan Bitung (kompleks jalan menuju desa kilometer 3). Nantinya, hunian sementara ini akan dihuni warga yang rumahnya terdampak abrasi yang masih bertahan di lokasi pengungsian.
Selain itu, rencana relokasi pasar tradisional juga sedang disiapkan, mengingat pasar ini berada dekat dengan titik terdampak dan berisiko terkena bencana serupa jika tetap dilokasi tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Jumat (24/6) pukul 01.20 WIB disebutkan bahwa jumlah pengungsi sebanyak 127 KK/387 jiwa, dengan rincian 53 KK /134 jiwa di BPBU Kelurahan Lewet, 46 KK/158 jiwa di Aula Sentrum PGA Uwuran Dua dan 28 KK/95 jiwa di rumah keluarga atau kerabat.
Baca juga: Pakar: Perlu mitigasi jangka panjang atasi bencana abrasi
Baca juga: Kepala BNPB pastikan penanganan abrasi di Minahasa Selatan
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022