"Peningkatan jumlah penderita diabetes dapat dicegah jika dilakukan upaya promotif dan preventif yang baik di tingkat pelayanan kesehatan primer," kata Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono, saat hadir secara virtual pada acara peluncuran di Jakarta, Sabtu.
Dante mengatakan saat ini lebih dari 530 juta orang di dunia menderita penyakit diabetes. Sebanyak 19 juta orang di antaranya berada di Indonesia.
Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat hingga 23 juta orang pada 2030, dan 28 juta orang pada 2045, jika sistem skrining maupun pengelolaan diabetes yang tersedia saat ini tidak dikembangkan secara cepat dan tepat.
Dante mengatakan penderita diabetes yang telat terdiagnosa, memiliki risiko gagal ginjal, kebutaan, sakit jantung, bahkan kematian. Kasus kematian akibat diabetes menduduki peringkat ketiga terbesar risiko penyakit di Indonesia.
Kementerian Kesehatan sedang melakukan berbagai upaya transformasi kesehatan, termasuk memperluas deteksi dini di lokasi pelayanan kesehatan primer. "Kami akan melakukan skrining gula darah dan HbA1c di fasilitas kesehatan primer, target kami 100 persen sasaran tercapai pada 2024," katanya.
Dante mengapresiasi kerja sama bilateral Pemerintah Denmark, Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer (PKP), Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dan Direktorat Peningkatan Mutu Tenaga Kesehatan dalam penyusunan modul pelatihan komprehensif untuk dokter umum di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).
Duta Besar Denmark untuk Indonesia H.E. Lars Bo Larsen mengatakan kerja sama tersebut dilatarbelakangi kesepakatan tertulis dalam government-to-government memorandum of understanding (G2G MoU) mengenai kerja sama antara Indonesia dan Denmark dalam bidang kesehatan.
"G2G MoU ditandatangani pada dua tahun lalu. Kami sangat mendukung pemerintah Indonesia dalam pengembangan layanan kesehatan, termasuk transformasi layanan di tingkat primer," ujarnya.
Plt Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI Elvieda Sariwati mengatakan pelatihan itu dilakukan oleh lembaga terakreditasi untuk menghasilkan lebih banyak tenaga kesehatan profesional yang mempunyai kemampuan untuk melakukan diagnosa dan mengontrol diabetes.
"Kurikulum pengelolaan diabetes melitus tipe-2 sebagai kurikulum berstandar nasional. Kurikulum ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan, khususnya bagi dokter umum yang mengelola diabetes mellitus di Puskesmas hingga pelosok," katanya.
Pada 2021, International Diabetes Federation (IDF) telah membagikan rekomendasi untuk peningkatan kapasitas kompetensi dokter umum di Puskemas dan memperluas kewenangan mereka untuk melakukan terapi insulin dan melakukan perawatan diabetes secara komprehensif untuk mendukung pasien dalam mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi.
Pelatihan yang dilaksanakan akan diintegrasikan ke seluruh tingkatan layanan kesehatan. Dokter spesialis endokrin di fasilitas perawatan tersier akan berpartisipasi dalam training-of-trainers (TOT) program untuk melatih internis. Sementara itu, internis di tingkat sekunder, juga akan berpartisipasi dalam program TOT untuk melatih dokter umum di tingkat dasar.
Kerja sama bilateral itu melibatkan Novo Nordisk, sebagai perusahaan perawatan kesehatan global yang berkantor pusat di Denmark untuk mengelola program tersebut.
"Pelatihan tenaga kesehatan adalah elemen penting dari komitmen kami, yang akan ditingkatkan dengan kolaborasi ini. Dengan komitmen dan kolaborasi bersama, kami dapat meningkatkan taraf hidup penderita diabetes," ujar Vice President & General Manager Novo Nordisk Indonesia Anand Shetty.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022