• Beranda
  • Berita
  • Biden desak pemimpin G7 bersatu menargetkan emas, harga minyak Rusia

Biden desak pemimpin G7 bersatu menargetkan emas, harga minyak Rusia

27 Juni 2022 08:54 WIB
Biden desak pemimpin G7 bersatu menargetkan emas, harga minyak Rusia
Presiden AS Joe Biden berjalan dengan Perdana Menteri Negara Bagian Bavaria Markus Soeder melewati orang-orang dengan pakaian tradisional Bavaria ketika Biden tiba untuk pertemuan puncak G7 di Bandara Internasional Munich dekat Munich, Jerman, Sabtu (25/6/2022). ANTARA/REUTERS/Jonatha/am.
Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada sekutu pada Minggu (26/6/2022), "kita harus tetap bersama" melawan Rusia ketika para pemimpin G7 berkumpul untuk pertemuan puncak yang didominasi oleh perang di Ukraina dan dampaknya terhadap pasokan makanan dan energi serta ekonomi global.

Pada awal pertemuan di Pegunungan Alpen Bavaria, empat dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh bergerak untuk melarang impor emas Rusia guna memperketat sanksi yang menekan Moskow dan memotong sarananya untuk membiayai invasi ke Ukraina.

Tetapi tidak jelas apakah ada konsensus G7 mengenai rencana tersebut, dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan masalah itu perlu ditangani dengan hati-hati dan didiskusikan lebih lanjut.

Inggris, Amerika Serikat, Jepang dan Kanada menyetujui larangan impor emas baru Rusia, kata pemerintah Inggris, Minggu (26/6/2022).

Inggris mengatakan larangan itu ditujukan untuk orang kaya Rusia yang telah membeli safe-haven emas untuk mengurangi dampak finansial dari sanksi Barat. Ekspor emas Rusia senilai 15,5 miliar dolar AS tahun lalu.

Para pemimpin G7 di Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Italia, dan Kanada, juga melakukan pembicaraan "sangat konstruktif" tentang kemungkinan pembatasan harga minyak Rusia, kata sumber pemerintah Jerman.

Seorang pejabat kepresidenan Prancis mengatakan Paris akan mendorong pembatasan harga minyak dan gas dan terbuka untuk membahas proposal AS.

Baca juga: Presiden Joko Widodo akan dorong G7 cari solusi krisis pangan-energi

Para pemimpin G7 memang menyetujui janji untuk mengumpulkan 600 miliar dolar AS dana swasta dan publik untuk negara-negara berkembang buat melawan pengaruh China yang semakin besar dan melunakkan dampak melonjaknya harga pangan dan energi.

Tuan rumah G7 Kanselir Jerman Olaf Scholz mengundang Senegal, Argentina, Indonesia, India, dan Afrika Selatan sebagai negara mitra di KTT tersebut. Banyak negara di belahan dunia selatan mengkhawatirkan kerusakan tambahan dari sanksi Barat terhadap Rusia.

Oxfam dan kelompok kampanye lainnya mengatakan rasa sakit dari lonjakan harga pangan untuk negara-negara berkembang adalah "mendalam".

Mereka ingin para pemimpin G7 mengenakan pajak atas keuntungan perusahaan yang berlebihan untuk membantu mereka yang terkena krisis pangan, membatalkan utang negara-negara termiskin dan untuk mendukung negara-negara berkembang dalam pertempuran mereka melawan krisis pangan dan perubahan iklim.

Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan negara-negara G7 akan mengesankan negara-negara mitra bahwa kenaikan harga pangan adalah hasil dari tindakan Rusia bukan sanksi Barat.

Pejabat dari beberapa negara G7, termasuk Jerman dan Inggris, mendorong pengabaian sementara mandat biofuel untuk memerangi kenaikan harga pangan, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.

Tetapi Jerman memperkirakan proposal itu gagal mendapatkan dukungan G7 karena perlawanan AS dan Kanada, kata seorang pejabat pemerintah kepada Reuters, Minggu (26/6/2022).

Baca juga: Minyak jatuh saat G7 memperdebatkan kesepakatan nuklir Iran, Rusia

Baca juga: Saat pemimpin G7 berunding, Rusia tingkatkan serangan rudal ke Ukraina

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022