Terpenuhinya kebutuhan air bersih sehari-hari, agaknya sebuah kemerdekaan tersendiri bagi warga Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.Merdeka air itu sungguh nikmat
Saking begitu bahagianya, wajar bila seorang Pelaksana tugas (Plt) Ketua Rukun Warga (RW) 01 Rokayah di daerah itu pun meluapkan rasa syukurnya dengan bersujud.
Rokayah dan warganya seperti merasakan nikmat merdeka dari kesulitan air bersih secara bertahap setelah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi DKI Jakarta Perusahaan Air Minum Jakarta Raya (PAM JAYA) memulai transformasi sejak 17 Juni 2021.
Sejak saat itu, BUMD itu menggelar layanan lewat operasional sambungan air perpipaan ke wilayah tersebut. pada 17 Juni 2021.
Secara bertahap, warga merasakan manfaat air perpipaan yang dipasok melalui Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) Hutan Kota.
Ini seakan membuat kesetaraan hidup di pesisir dan di pusat Ibu Kota semakin terasa.
Rokayah mengatakan merdeka air itu sungguh nikmat.
Sedari kecil, masuknya air bersih dari PAM JAYA sangat diharapkan dan akhirnya itu bisa terwujud meski perlu proses yang panjang.
Baca juga: Koalisi warga Jakarta minta Anies tuntaskan banjir hingga air bersih
Berhemat
Setelah pipa terpasang, kini warga sangat terbantu untuk berhemat.
Hal itu karena pengeluaran warga sebelum mengalir air perpipaan sangat besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi dan memasak.
Menurut Rokayah, dalam sebulan untuk mencuci dan mandi saja bisa habis uang Rp75ribu.
Itu pun airnya keruh seperti teh celup karena dipasok dari sumur bor milik warga yang kadang tercampur oleh air laut (air payau).
Rasanya juga asin, sehingga tak banyak dikonsumsi.
Kemudian, warga biasanya memilih membeli air dari kios-kios PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) atau menampung air hujan untuk memenuhi kebutuhan memasak.
Tarif air dari kios-kios Palyja itu Rp6 ribu sekali pikul. Biasanya kalau seminggu, mengisi air sampai tiga kali pikul sudah habis sekitar Rp18 ribu atau sebulan kalau mengirit-irit pemakaian saja sudah Rp72 ribu.
Menurut Rokayah, dulu kalau pemakaian cukup untuk memasak, biaya air sebulan bisa menggerus pendapatan warga Kamal Muara yang didominasi nelayan itu, antara Rp100.000 hingga Rp500.000
Baca juga: DPRD minta Anies tuntaskan masalah air bersih yang belum selesai
Rokayah menghitung biaya air bisa lebih 'membengkak' jika warga banyak memasak, misalnya ketika ada hajatan atau ada tamu yang datang berkunjung.
Rokayah mengatakan pada 2017, ada 1.550 Kepala Keluarga (KK) di RW01 yang turut merasakan derita yang sama.
Hal itu, belum lagi ditambah dengan warga di RW04 yang juga mengalami persoalan serupa. Di RW04 ada sembilan RT, sedangkan di RW01 ada 12 RT.
Bertemu Anies
Singkatnya, keluhan itu akhirnya disampaikan Rokayah secara langsung kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menurut dia, pertemuan yang terlaksana seusai Anies menyempatkan Sholat Maghrib di Kamal Muara pada 2017 telah mengubah segalanya.
Setelah pertemuan dengan Anies, menurut Rokayah, Kampung Nelayan Kamal Muara langsung kedatangan kunjungan dari pihak PAM Jaya, dari Palyja pun ada.
Mereka datang untuk menindaklanjuti keluhan warga.
Hanya karena COVID-19 melanda Indonesia, termasuk Jakarta. Waktu pemasangan pipa, sempat ada terkendala selama dua tahun.
Baca juga: Potret akses warga Jakarta terhadap air bersih
Pemetaan mulai dilakukan pada 2019. Saat itu pipa-pipa besar mulai masuk ke wilayah Kamal Muara.
Lalu pada Januari 2020, pekerjaan pemasangan pipa distribusi ke wilayah Pegadungan, Kamal, Tegal Alur dan Kamal Muara dimulai. Penarikan pipa diambil dari sistem penyediaan air minum (SPAM) Hutan Kota.
Berdasarkan data PAM Jaya, sistem pengolahan air hutan kota yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta memiliki kapasitas produksi 500 Iiter per detik (lps) dan juga panjang jaringan pipa yang dibangun sepanjang 116 kilometer.
Untuk wilayah Kamal Muara, mulai dipasang sambungan pipa baru pada 29 Mei 2021 ketika kasus COVID-19 mereda.
Baru sekitar Juni 2021, Rokayah mengatakan sebagian RT di RW01 dan seluruh RT di RW04 Kamal Muara merasakan manfaat merdeka dari krisis air.
Sebagian RT di RW01 itu yakni RT10, RT05, RT06, RT04, RT03, RT02, RT01, RT09, dan RT08. Masih ada beberapa wilayah RT lagi yang belum, karena pemasangan jaringan pipa besarnya masih terus berlanjut di tahap berikutnya.
Setelah itu, seluruh warga Kamal Muara akan mulai merasakan manfaat dari pelayanan air bersih di lingkungan mereka.
Putar keran
Sejak ada sambungan perpipaan pada Juni 2021 saja, sebagian warga sudah bisa mendapat air bersih hanya dengan memutar keran di kamar mandi setiap rumah, tanpa perlu memikul jeriken atau mendorong gerobak jauh-jauh ke kios air untuk mendapatkan air bersih.
Baca juga: DKI berkomitmen tingkatkan penyediaan air bersih bagi masyarakat
Pengeluaran warga pun jauh lebih hemat. Untuk 11 meter kubik air dari PAM JAYA, warga hanya dikenakan tarif berlangganan Rp48 ribu.
Untuk pemakaian sebulan, biasanya warga cukup membayar Rp110 ribu saja, sudah bisa digunakan siang-malam untuk mencuci, mandi, sekaligus memasak.
Praktis tidak ada keluhan dari warga soal air bersih di RT yang sudah dialiri perpipaan.
Hanya ada sebagian warga di RT lagi yang belum kebagian. Tapi kebutuhan air bersih sebagian warga RW01 tersebut sudah diajukan pihak kelurahan kepada PAM JAYA.
Warga RW04 Kamal Muara Haji Satir (60) juga sangat bersyukur dengan adanya aliran air dari perpipaan tersebut.
Ia berharap mudah-mudahan selanjutnya semua warga di Kamal Muara juga bisa teraliri air bersih setiap hari ke rumah dengan lancar.
Masyarakat juga terus berdoa agar tarif air bersih tetap stabil seperti sekarang, tidak pernah bertambah mahal agar merdeka krisis air di Kamal Muara bisa terus dirasakan oleh anak-cucu mereka nanti.
Haji Satir tidak ingin kejadian tempo dulu berebut air karena tidak mau menunggu lama saat pengambilan di kios air terulang kepada generasi berikutnya.
Baca juga: Hingga 2030, DKI perlu 4.000 kilometer jaringan pipa air bersih
Sebenarnya, warga sudah mencoba mendapatkan air dari tanah melalui sumur bor yang mereka buat.
Tapi air sumur bor itu asin, untuk konsumsi dia lebih memilih menggunakan air di kios air yang dipasok dari mobil-mobil tangki.
Dengan adanya aliran air perpipaan, pengeluaran warga sehari-sehari semakin ringan. Karena tarifnya lebih murah.
Kalau membayar Rp100 ribu lebih sedikit, air itu sudah bisa digunakan sampai sebulan.
Sedangkan dulu Rp500 ribu juga terkadang masih kurang banyak air yang didapat. Untuk menyiasatinya, sebagian warga Kamal Muara terkadang menampung air hujan untuk digunakan sehari-hari.
Tapi air hujan itu juga kurang bisa diandalkan sehingga Haji Satir dulu lebih memilih membeli air.
Sekarang masuknya air perpipaan dari PAM JAYA semakin membuat penghidupan Haji Satir dan warga Kamal Muara semakin baik lagi.
Sangat antusias
Lurah Kamal Muara Tahta Yujang mengatakan antusiasme masyarakat dengan adanya air perpipaan dari PAM JAYA sangat tinggi mengingat adanya air perpipaan itu sudah dinanti sejak lama.
Baca juga: Pemprov DKI tingkatkan layanan pipa air bersih di Jakarta Utara
Ia mengatakan penantian warga akhirnya bisa terealisasikan di zaman pemerintahan Anies Baswedan.
Menurut Tahta, penyelesaian persoalan air bersih di Kamal Muara tidak hanya karena pemimpin dari atas sudah memiliki keinginan baik (good will) untuk menyejahterakan warganya saja.
Tapi perlu pula sarana-prasarana yang harus disiapkan dengan baik, agar kebutuhan warga bisa terpenuhi.
Hal itu pasti membutuhkan proses yang tidak instan, harus penuh perhitungan mulai dari penyambungan pipa, kemudian dari hulunya juga harus dipasok dari sumber daya yang besar debit airnya.
Karena itu, Lurah Kamal Muara mengapresiasi upaya yang dilakukan PAM JAYA dalam berbenah diri untuk memberikan pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat sehingga air bisa mengalir ke wilayah tersebut non stop.
Ke depan, Tahta berharap jaringan perpipaan PAM JAYA bisa terus diperbanyak lagi secara bertahap hingga menyentuh seluruh pelanggan di Ibu Kota.
Mengingat kebutuhan air bersih adalah kebutuhan yang sangat mendasar dan harus dipenuhi setiap harinya.
Tahta mengatakan terdapat enam RW di Kamal Muara, empat di antaranya sudah mendapat pelayanan dengan baik.
Sedangkan dua lagi, RW01 dan RW04, tersisa beberapa wilayah yang masih berproses pembangunan jaringan perpipaannya.
Namun kini, masyarakat Kamal Muara sudah jauh lebih gembira karena tidak perlu lagi menggunakan air tanah untuk kebutuhan mencuci, mandi dan memasak sehari-hari.
Mereka sudah merdeka air bersih.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2022